PEKAN BIASA XII (H)
Santo Silverius, Paus
Bacaan I: 2Raj. 17:5-8. 13-15a. 18
Mazmur: 60:3. 4-5. 12-13; R:7b
Bacaan Injil: Mat. 7:1-5
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata: ”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. ”
Renungan
Jeremie Boateng, defender klub Bayern Munchen, menjadi bulan-bulanan pengguna media sosial, setelah klub FC Hollywood mengalami kekalahan saat berhadapan dengan Barcelona pada putaran semifinal Piala Champion 2015. Ia dianggap sebagai biang kekalahan bagi klubnya. Alhasil ratusan ”meme” atau parodi gambar tentang Boateng bermunculan di dunia maya. Menjawab ”Meme” tersebut, Boateng membuat status di akun media sosialnya: ”Pembenci hanya melihat kesalahan orang dan melupakan apa kesuksesan yang telah dibuat.”
Apa yang dilakukan nitizen di media sosial adalah gambaran dari sikap dan perilaku kita manusia. Kita begitu cepat dan mudah menghakimi seseorang dengan kegagalan atau kesalahan yang dilakukan orang lain. Tampak jelas, betapa sukarnya mengingat kebaikan orang lain dan betapa mudah mengingat kegagalan atau keburukan sesama. Dalam bahasa Yesus, kita lebih mudah melihat selumbar benang kesalahan pada orang lain, sementara ada balok besar pada mata kita.
Balok adalah simbol keangkuhan dan egoisme. Maka menghakimi orang lain tidak lebih dari sebuah sikap angkuh dan ingat diri yang menilai orang lain lebih buruk dari kita. Oleh karena itu, Yesus meminta untuk tampil jujur, dengan mengeluarkan balok besar dalam diri kita, agar mampu memandang orang lain secara objektif, apa adanya. Lebih dari itu, memandang orang lain apa adanya juga memampukan kita untuk menilai diri, apakah saya juga baik atau justru lebih buruk dari orang lain.
Ya Tuhan, bebaskanlah aku dari berbagai prasangka dan pikiran negatif tentang sesamaku. Semoga aku semakin berperilaku adil dan memandang sesamaku sebagai saudara yang patut dikasihi dan dihargai. Amin.