PEKAN BIASA X (H)
Santo Hendrikus Balzano
Bacaan I: 1Raj. 19:9a. 11-16
Mazmur: 27:7-8a. 8b-9abc. 13-14; R;8b
Bacaan Injil: Mat. 5:27-32
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda: ”Kamu telah mendengar firman: Jangan berzina. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan istrinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zina, ia menjadikan istrinya berzina; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zina.”
Renungan
Pertengahan tahun 2015, tepatnya di bulan April, publik dikejutkan dengan peristiwa pembunuhan seorang gadis yang ditenggarai melakukan praktik esek-esek di kontrakannya. Peristiwa tersebut semacam gunung es dari berbagai bentuk perzinahan yang semakin marak di ibukota. Sebagian orang mencaci-maki dan mengutuk perbuatan zina tersebut sebagai sesuatu yang tidak bermoral. Di sisi lain, mereka yang bersih dan tak merasa diri berdosa merasa aman-aman saja karena tidak pernah terjerumus di dalamnya. Di sini zina dipahami sebagai bentuk pengingkaran terhadap kesucian pribadi dan merusak keluhuran martabat perkawinan.
Pandangan Yesus lebih radikal lagi. Bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta mengingininya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. Itu berarti semua kita punya potensi untuk melakukan zina jika kita tidak bijaksana dalam mengolah pikiran dan budi kita. Bagi Yesus, yang mesti dikendalikan dan diperhatikan adalah hati dan budi kita. Sebab semua yang keluar dari dalam diri bermula pada keinginan dan kehendak yang lahir dari hati dan budi kita. Jika kita mampu mengekang, mengendalikan, dan mengolah berbagai keinginan, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, tentu kita tidak mudah terjerumus dalam perilaku zina. Oleh karena itu, betapa pentingya pengolahan diri secara terus-menerus agar kita tidak jatuh dalam kubangan perzinaan yang menggelapkan.
Di sisi lain, kita pun diajak agar tidak menyebabkan orang lain jatuh dalam dosa perzinaan, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yesus. Untuk itu kita perlu menjaga diri kita sebagai bait Roh Kudus. Kita diajak menghargai tubuh kita sebagai sesuatu yang kudus dan suci. Seluruh ekspresi diri kita hendaknya tidak memancing orang untuk jatuh dalam perzinaan. Perkembangan mode yang semakin cepat dan maju, hendaknya tidak melunturkan niat kita untuk senantiasa berpenampilan sopan dan wajar di depan umum.
Ya Tuhan, rahmatilah aku dengan Roh Kudus-Mu, agar aku sanggup menjaga kekudusan jiwa dan ragaku. Amin.