Umat Katolik dan umat Metodis dipanggil untuk “saling membantu di dalam apa pun … menuju Kerajaan,” tulis teolog Inggris yang ikut mendirikan gerakan Metodis, John Wesley, dalam “Surat untuk seorang umat Katolik Roma” pertengahan abad ke-18.
Sudah hampir lima puluh tahun ini, komisi bersama Gereja Katolik dan Gereja Metodis bekerja sama dalam dialog berdasarkan rasa hormat dan persaudaraan dan saling memperkaya, meskipun masih tetap ada perbedaan-perbedaan di antara kedua agama itu.
Namun, Paus Fransiskus berharap agar dokumen bertema “Panggilan kepada Kekudusan” yang saat ini sedang dipersiapkan dan seharusnya diterbitkan akhir tahun ini, jelas memberikan kesaksian akan hal ini. “Banyak yang umat Katolik dan umat Metodis harus saling belajar guna memahami kekudusan dan menjalaninya. Umat Katolik dan umat Methodist harus melakukan apa yang bisa dilakukan guna memastikan bahwa anggota umat kita masing-masing bertemu secara teratur, mengenal satu sama lain, dan saling mendorong untuk mencari Tuhan dan kasih karunia-Nya,” kata Paus.
Paus Fransiskus berbicara dalam audiensi 7 April 2016 dengan para pemimpin Dewan Metodis se-Dunia, Dewan Metodis Eropa, dan Gereja Metodis Inggris yang berada di Vatikan untuk membuka pusat ekumene baru di Roma. “Bahkan, perbedaan-perbedaan yang masih ada di antara umat kita harus dapat menjadi dorongan untuk refleksi dan dialog,” lanjut Paus.
Baba Suci senang dengan pembukaan kantor itu. “Ini adalah tanda bahwa kita semakin dekat, khususnya keinginan bersama untuk mengatasi semua yang ada di perjalanan menuju persekutuan penuh. Semoga Tuhan memberkati pekerjaan kantor itu dan membuatnya menjadi tempat di mana umat Katolik dan umat Metodis bisa saling berjumpa dan semakin saling menghargai, baik para peziarah, para peserta pelatihan pelayanan, atau para pembimbing umat. Semoga di kantor itu juga diraih kemajuan melalui dialog teologis,” kata Paus.
Dalam dunia sekarang yang diganggu begitu banyak kejahatan ini, tegas Paus, umat Kristiani harus lebih perlu memberikan kesaksian bersama yang terinspirasi oleh cahaya Paskah, seraya menjadi tanda kasih Allah. “Semoga kasih ini, juga melalui pelayanan kita yang rendah hati dan berani, menyentuh hati dan kehidupan banyak saudara-saudari kita yang sedang mencari kasih seperti itu …”
Wesley juga menulis, “jika kita belum bisa berpikir sama dalam segala hal, setidaknya kita sama dalam mengasihi.” Memang benar, jelas Paus Fransiskus, “kita tidak belum berpikir sama dalam segala hal, dan dalam isu-isu mengenai tahbisan dan etika, masih banyak pekerjaan harus dilakukan. Namun, tidak ada perbedaan yang menjadi kendala, yang menghalangi kita untuk mengasihi dengan cara yang sama dan untuk memberikan kesaksian bersama bagi dunia.”
Hidup kekudusan, lanjut Paus, harus selalu menyertakan pelayanan kasih bagi dunia. “Umat Katolik dan umat Metodis bersama-sama terikat untuk bekerja dengan cara berbeda guna memberikan kesaksian konkret akan kasih Kristus. Ketika kita melayani orang-orang yang membutuhkan, persekutuan kita bertumbuh,” kata Paus Fransiskus. (pcp)