PEKAN PRAPASKAH IV (U)
Santo Eulogius dan Leokrita;
Santo. Sofronius
Bacaan I: Keb. 2:1a.12-22
Mazmur: 34:17-18.19-20.21.23; R:19a
Bacaan Injil: Yoh. 7:1-2.10.25-30
Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Renungan
Cara hidup orang saleh dikehendaki Allah. Allah menghendaki setiap orang baik adanya. Namun, kebenaran orang saleh bisa mengundang kebencian orang fasik. Keberadaan orang baik menjadi gangguan keberadaan orang jahat.
Si saleh dan si fasik itu ada bersama-sama. Keduanya berharap menjadi satu kawanan. Orang saleh selalu berharap agar si fasik menjadi baik dan benar. Sementara orang fasik justru membenci, menentang, bahkan menumpas orang saleh agar hanya ada satu kubu. Akan tetapi, hidup orang benar dicintai Allah, sementara kata dan perbuatan orang fasik telah memanggil maut.
Yesus adalah orang saleh. Ia sendiri adalah kebenaran. Dengan perantaraan-Nya banyak orang menjadi saleh dan benar di mata Allah. Akan tetapi, keberadaan-Nya tidak selalu membuat semua orang senang. Beberapa orang di Yerusalem mempertanyakan-Nya penuh sangsi, ”Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?” Bahkan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Di hadapan para seteru-Nya, Yesus tampil sebagai pembela kebenaran. Ia selalu memperkenalkan diri-Nya sebagai Almasih yang menyelamatkan umat manusia. Ia tetap berharap semakin banyak orang dibenarkan dan diselamatkan-Nya, walaupun Ia sendiri harus mengalami penderitaan.
Allah Bapa, semoga mataku selalu memandang Putra-Mu dan memahami kebenaran-Nya yang menuntun aku pada cara hidup yang suci. Amin.