Setelah merayakan Misa yang diikuti oleh sangat banyak umat di San Cristobal de Las Casas, Paus Fransiskus makan siang dengan delapan wakil komunitas pribumi dari Chiapas, kata Pastor Federico Lombardi, direktur Kantor Pers Takhta Suci, kepada Radio Vatikan, 16 Februari 2016.
Imam itu menjelaskan “itu pertemuan makan siang biasa,” yang kadang-kadang terjadi seperti di saat Hari Kaum Muda se-Dunia atau kunjungan-kunjungan ke daerah-daerah di mana ada orang miskin dan pengungsi.
Yang duduk di meja bersama Bapa Suci adalah “delapan warga pribumi yang mewakili komponen-komponen masyarakat berbeda,” jelas juru bicara Vatikan itu. “Ada imam pribumi yang sederhana, menarik dalam kesederhanaan hidupnya dan penampilannya, mengenakan pakaian adat: sebagai klerus dia tak punya perbedaan khusus; lalu ada seorang wakil diakon bersama istrinya; seorang biarawati, wakil orang muda, katekis. Mereka dari komunitas pribumi setempat. Dan Paus berbincang dengan mereka, dengan percakapan yang sangat sederhana.”
Dalam Misa di San Cristobal de Las Casas, tanggal 15 Februari 2016, yang dirayakan untuk sebagian besar penduduk asli negara bagian Chiapas di Meksiko selatan itu, Paus mengatakan bahwa dunia saat ini membutuhkan nilai-nilai dan tradisi mereka yang kuno.
Doa-doa dan bacaan-bacaan dalam Misa di lapangan terbuka di stadion olahraga itu disampaikan dalam beberapa bahasa lokal. Meskipun kaya dengan sumber daya alam, namun wilayah selatan itu kurang berkembang dibandingkan daerah lain di negara itu. Di sana tingkat kemiskinan dan buta huruf tinggi.
Dalam homili, Paus mencatat bahwa “dengan cara sistematis dan terorganisir” budaya-budaya asli telah disalahpahami dan disingkirkan dari masyarakat. “Ada yang menganggap nilai-nilai, budaya dan tradisi kalian rendah,” kata Paus Fransiskus, sementara yang lain, “karena mabuk kekuasaan, uang dan tren pasar, mencuri tanah-tanah kalian atau mencemari tanah-tanah itu.” Paus menekankan bahwa setiap orang perlu “memeriksa hati nurani dan belajar mengatakan, “Maafkan aku!”
Secara khusus Paus Fransiskus mengatakan banyak yang mesti masyarakat pribumi ajarkan kepada seluruh dunia tentang “cara berinteraksi secara harmonis dengan alam, yang mereka hormati sebagai ‘sumber makanan, rumah bersama dan altar berbagi.”
Sebelumnya, Paus datang ke Katedral San Cristobal de las Casas. Samuel Ruiz menjadi uskup di sana selama 40 tahun. Di sana pula dia dimakamkan. Di sana, lapor Pastor Lombardi, “Paus menemui sangat banyak orang sakit: sekitar seribu orang ada di sana.”
Kemudian, Bapa Suci “pergi ke makam Samuel Ruiz dan berhenti sebentar untuk berdoa, kemudian Paus melanjutkan rencana perjalanannya untuk menghibur dan bertemu orang-orang yang hadir di Katedral itu.”
“Makam itu sangat sederhana dan sangat alami dan spontan,” demikian pengamatan juru bicara dari Serikat Yesus itu. Makam itu “mengenang orang yang sangat mementingkan keuskupannya, orang yang juga memprakarsai aspek-aspek berbeda dalam pelayanan pastoral keuskupan, pelayanan-pelayanan yang masih berfungsi meski mengalami beberapa perubahan dan perbaikan.”
Ditanya tentang keberadaan saudara-saudara dari orang-orang yang hilang dalam di Misa Ciudad Juarez, Direktur Kantor Pers Vatikan itu menjelaskan bahwa pada perayaan yang akan menjadi bagian terakhir dari perjalanan paus itu – akan ada sangat banyak orang “yang terkait, dengan cara-cara berbeda, dengan berbagai masalah kekerasan di Meksiko.”
“Kita tahu bahwa 27.000 orang hilang di tahun-tahun terakhir: Saya tidak punya informasi bahwa Paus akan melakukan sesuatu yang sangat khusus untuk satu kelompok atau lainnya. Paus bermaksud menunjukkan kedekatannya, kehadirannya untuk semua: Paus berdoa untuk semua orang dan dekat dengan semua orang,” kata imam itu.(pcp berdasarkan Radio Vatikan dan Zenit)