Relikui dari dua orang kudus, yang terkenal karena kesucian dan dedikasi mereka terhadap Sakramen Pengakuan Dosa, tiba ke Roma tanggal 3 Februari 2016 sebagai bagian dari perayaan Yubileum Kerahiman.
Kerumunan orang lalu menyambut kedatangan relikui Santo Pius dari Pietrelcina, yang lebih dikenal sebagai Padre Pio, dan relikui Santo Leopold Mandic di Basilika San Lorenzo di luar tembok di Roma. Sebelum dibawa dalam prosesi ke Basilika Santo Petrus tanggal 5 Februari, relikui-relikui itu akan dibawa ke Gereja San Salvatore di Lauro.
Dalam konferensi pers pekan lalu, Uskup Agung Rino Fisichella, ketua Dewan Kepausan untuk Peningkatan Evangelisasi Baru mengatakan, “Kesempatan seperti itu sangat penting karena belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat cerita-cerita dari dua orang kudus ini yang menghabiskan hidup mereka demi belas kasihan Allah.”
Santo Pio dan Santo Leopold dikenal sebagai bapa pengakuan dan pembimbing spiritual. Kedua biarawan Fransiskan itu terkenal karena setiap hari mereka mendengar pengakuan dosa selama berjam-jam lamanya dari orang-orang yang datang dari seluruh dunia.
Paus Fransiskus sendiri meminta agar relikui-relikui dari orang-orang kudus itu datang ke Roma, antara lain untuk menginspirasi pelayanan para imam yang telah terpilih sebagai Misionaris-Misionaris Kerahiman untuk Tahun Yubileum Kerahiman.
Misionaris-Misionaris Kerahiman, kata Uskup Agung Fisichella, “adalah sejumlah imam pilihan yang telah menerima dari Paus tanggung jawab untuk menjadi saksi-saksi istimewa tentang apa yang luar biasa dari peristiwa Yubileum ini di Gereja mereka masing-masing.”
Pada Rabu Abu, lebih dari 1.000 Misionaris Kerahiman akan menjadi konselebran dalam Misa yang dipimpin Paus Fransiskus. Paus akan memberi mandat kepada mereka untuk Tahun Yubileum, termasuk kemampuan untuk mengampuni bahkan dosa-dosa yang wewenang pengampunannya biasanya dikhususkan untuk Tahta Suci.
Wadah-wadah besar berisi relikui dari kedua orang kudus itu akan berada di Roma dari tanggal 3 hingga 11 Februari. (pcp berdasarkan Radio Vatikan)