PEKAN BIASA II (H)
Pembukaan Pekan Doa Sedunia
Santa Priska; Santa Margaretha dari Hongaria
Bacaan I: 1Sam. 15:16-23
Mazmur: 50:8-9.16bc-17.21.23; R:23b
Bacaan Injil: Mrk. 2:18-22
Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: ”Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
Renungan
Manusia dalam kerapuhannya memiliki kecenderungan menolak Tuhan dan tidak melakukan kehendak Tuhan. Manusia gampang jatuh dalam dosa. Kejatuhan manusia membuat manusia menderita dan kurang berbahagia. Karena itu dibutuhkan komitmen untuk bertobat dan berubah. Salah satu cara untuk memperbarui diri menurut tata cara orang Yahudi adalah berpuasa.
Yesus diprotes oleh orang-orang Farisi yang sangat menekankan formalitas tindakan agamis seperti puasa. ”Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”
Yesus memberikan penjelasan bahwa selama Yesus berada bersama para murid, mereka tidak perlu berpuasa. Para Murid akan berpuasa ketika Yesus tidak lagi berada bersama mereka. Namun, penjelasan Yesus tidak dipahami semuanya oleh orang Farisi juga oleh para murid-Nya. Karena itu, Yesus memberikan kiasan tentang puasa, ”anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula”. Pembaruan hidup dan perspektif baru mesti lahir dari hati dan cara berpikir yang baru pula. Yesus ingin menegaskan bahwa puasa yang benar tidak sekadar formalistik belaka, melainkan lahir dari kesadaran nurani yang jernih dan tulus untuk berubah dan siap sedia melakukan kebajikan bagi Allah dan sesama. Yesus mencintai kejujuran dan otentitas.
Ya Allah, baruilah budi dan hatiku agar siap sedia meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantinya dengan cara pikir yang baru tentang puasa dan doa dalam hidup keagamaanku. Amin.