Jumat, November 22, 2024
33.6 C
Jakarta

Buku pertama Paus Fransiskus berjudul, “Nama Allah adalah Belaskasihan”

Pope Francis receives the book “The Name of God is Mercy” from Marina Berlusconi, the President of the Mondadori Group, on Monday evening in the Casa Santa Marta

“Nama Allah adalah Belaskasihan” adalah judul buku baru Paus Fransiskus yang diluncurkan tanggal 12 Januari 2016. Sore hari itu, buku yang rencananya akan dirilis di 86 negara, diterimanya dalam edisi Bahasa Italia dari tangan Marina Berlusconi, Presiden Mondadori Group.

Marina datang ditemani oleh Andrea Tornielli, koresponden Vatikan untuk surat kabar La Stampa, yang juga editor website surat kabar Vatikan Insider, dan Ernesto Mauri, kepala eksekutif dari Mondadori Group. Buku yang berisi ungkapan Paus Fransiskus seputar visinya tentang belaskasihan atau kerahiman Allah adalah serangkaian hasil wawancara dengan Andrea Tornielli.

Saat dirilis, buku yang merupakan jawaban Paus Fransiskus atas 40 pertanyaan wawancara dan dibagi menjadi sembilan bab itu, sudah tersedia dalam bahasa Italia, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol dan Portugis.

Menjelang penerbitan buku itu, Penerbit Piemme, sebagai bagian dari Mondadori Group menyiapkan beberapa kutipan buku itu. Yang pertama dikatakan bahwa, seperti Petrus, Paus ini perlu belaskasihan. “Paus adalah orang yang membutuhkan belas kasihan Tuhan,” kata Bapa Suci dalam wawancara sepanjang satu buku itu.

“Saya mengatakan hal itu degan tulus hati kepada para tahanan dari Palmasola, di Bolivia, kepada mereka pria dan wanita yang menyambut saya dengan begitu hangat. Saya mengingatkan mereka bahwa Santo Petrus dan Santo Paulus pun pernah menjadi tahanan penjara. Saya memiliki hubungan khusus dengan orang-orang di penjara, yang kehilangan kebebasannya. Saya selalu sangat dekat dengan mereka, justru karena kesadaran saya sebagai orang berdosa.”

“Setiap kali saya melewati gerbang memasuki penjara untuk merayakan Misa atau untuk berkunjung, saya selalu berpikir: mengapa mereka dan bukan aku? Aku seharusnya berada di sini. Saya pantas  berada di sini. Kejatuhan mereka bisa saja menjadi kejatuhan saya. Saya tidak merasa lebih unggul dari orang-orang yang berdiri di hadapan saya. Dan oleh karena itu, saya ulangi dan berdoa: mengapa dia dan bukan aku? Ini mungkin tampak mengejutkan, tetapi saya mendapatkan penghiburan dari Petrus: Ia mengkhianati Yesus, dan meski demikian dia terpilih.”

Kutipan kedua berjudul “Paus Yohanes Paulus I: ‘Terukir dalam Debu’.” Bapa Suci juga mengenang bahwa dia tersentuh oleh tulisan-tulisan pendahulunya Paus Yohanes Paulus I, Albino Luciani. “Ada homili ketika Albino Luciani mengatakan ia terpilih karena Tuhan lebih menyukai hal-hal pasti bukan yang terukir dalam perunggu atau marmer tetapi dalam debu, sehingga jika tulisan itu tetap ada setelah dibaca, akan dihapus karena semua kebaikan hanyalah milik Allah. Dia, uskup dan Paus Yohanes Paulus I yang akan datang, menyebut dirinya ‘debu’.”

“Saya harus mengatakan bahwa ketika saya berbicara tentang hal ini, saya selalu memikirkan apa yang Petrus katakan kepada Yesus pada hari Minggu kebangkitan-Nya, ketika ia menemui-Nya sendiri, pertemuan yang ditunjukkan dalam Injil Lukas. Apa yang mungkin Petrus katakan kepada Mesias tentang  kebangkitan-Nya dari kubur? Mungkin ia mengatakan bahwa ia merasa seperti orang berdosa? Dia pasti memikirkan tentang pengkhianatan yang dia lakukan, tentang apa yang terjadi beberapa hari sebelumnya ketika ia tiga kali berpura-pura tidak mengenal Yesus di halaman rumah Imam Besar. …”

“Jika Petrus melakukan semua itu, jika injil-injil menggambarkan dosa dan penolakannya kepada kita, dan meskipun Yesus mengatakan [kepadanya], ‘gembalakanlah domba-dombaku” (Yoh 21), saya kira kita tak usah terkejut kalau penerus-penerusnya menggambarkan diri mereka sebagai orang berdosa. Ini bukan hal yang baru.”

Miserando atque Eligendo. Ketika bercerita tentang motto episkopalnya, Paus Fransiskus kembali pada sebuah ke pengalaman akan belaskasihan Allah, yang berlangsung di masa remajanya.

“Sebagai anak kecil, saya tidak memiliki kenangan-kenangan tertentu akan belaskasihan. Tetapi ada ketika saya seorang anak muda. Saya mengingat Pastor Carlos Duarte Ibarra, bapa pengakuan yang saya temui di gereja paroki saya tanggal 21 September 1953, Pesta Santo Matius, Rasul dan Penginjil. Saya berusia tujuh belas tahun. Ketika mengaku dosa kepadanya, saya merasa disambut baik dengan  kerahiman  Allah.”

“Ibarra berasal dari Corrientes tapi dia berada di Buenos Aires untuk pengobatan leukemia. Dia meninggal tahun berikutnya. Saya masih ingat ketika saya sampai di rumah, setelah pemakamannya, saya merasa seolah-olah ditinggalkan. Dan aku banyak menangis malam itu, benar-benar banyak, dan bersembunyi di kamar saya.”

“Mengapa? Karena saya kehilangan orang yang membantu saya merasakan belas kasihan Allah, itulah miserando atque Eligendo, ungkapan yang tidak saya ketahui saat itu tapi akhirnya saya mau pilih sebagai motto episkopal saya. Saya belajar tentang hal itu kemudian, dalam homili-homili rahib Inggris, Vinerabilis (Yang Mulia) Bede [672-735]. Ketika menjelaskan tentang pemanggilan Matius, ia menulis: “Yesus melihat pemungut cukai dan dengan belaskasihan memilih dia sebagai seorang rasul dengan mengatakan kepadanya, ‘ikuti saya’.”

“Inilah terjemahan yang biasa diberikan untuk kata-kata Saint Bede (Beda Vinerabilis). Saya ingin menerjemahkan “miserando” dengan gerund lain yang tidak ada: misericordando atau berbelaskasihan. Jadi, “berbelaskasihan kepadanya dan memilih dia” menggambarkan visi Yesus yang memberi karunia belaskasihan dan memilih serta mengambil dia.”(pcp berdasarkan Radio Vatikan)

The Name Of God is Mercy

Part-PAR-Par8338268-1-1-0

Artikel sebelum
Artikel berikut

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini