Senin, Desember 23, 2024
29.1 C
Jakarta

Selasa, 29 Desember 2015

29-Des-KWI-R-702x336

HARI KE- 5 OKTAF NATAL

Santo Thomas Becket dari Canterbury; Santo Kaspar Del Bufalo; Daud (Raja Israel)

Bacaan I: 1Yoh. 2:3-11

Mazmur: 96:1-2a.2b-3.5b-6; R:11a

Bacaan Injil: Luk. 2:22-35

Ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: ”Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Renungan

Seorang ibu bercerita bagaimana ia merindukan kepulangan putranya yang telah lama merantau tanpa kabar berita. Orang-orang sekampung mengingatkan si ibu agar berhenti berharap karena memang sang putra hilang bagaikan ditelan bumi. Namun, sang ibu terus berharap dan berdoa semoga putranya bisa pulang kembali sebelum ia menutup mata. Doa sang ibu terkabul. Suatu saat sang putra datang bersama istri dan anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa.

Kerinduan Simeon terpenuhi karena telah melihat Sang Mesias. Kerinduan Simeon, sebagaimana kerinduan seluruh umat Israel menjadi nyata dan memercikkan kembali harapan bahwa Allah menyelamatkan mereka. Terang keselamatan inilah yang akan menuntun mereka kepada kehidupan.

Dalam keseharian hidup, kita pun terus berharap akan kehadiran dan penyelenggaraan Tuhan. Sejauh mana kita berupaya mencari dan menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup harian kita? Beriman kepada Allah hendaknya menyata dalam sikap hidup penuh pengharapan. Beriman dan berharap kepada Allah terukir dalam sikap dan semangat untuk mengasihi satu sama lain. Karenanya, mengimani Kristus berarti kita mesti hidup seturut sikap dan perbuatan-Nya.

Berilah aku terang-Mu, ya Tuhan, agar aku dapat menyelami dan melaksanakan Sabda kasih-Mu. Amin.

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini