PEKAN BIASA XXXI (H)
Santa Elizabeth dan Santo Zakharias
Beata Fransiska Amboisa; Beato Guido M Conforti
Bacaan I: Rm. 14:7-12
Mazmur: 27:1.4.13-14; R:13
Bacaan Injil: Luk. 15:1-10
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Renungan
Dalam bacaan Injil, kata ‘bersungut-sungut’ dipertentangkan dengan ‘bersukacita’. Orang Farisi bersungut-sungut karena Yesus telah merendahkan diri-Nya; sejajar dengan orang berdosa dan bergaul dengan mereka. Dalam benak mereka, kalau Yesus itu seorang rabi maka seharusnya tidak bergaul dengan orang-orang semacam itu. Namun sebaliknya, Allah bersukacita atas pertobatan orang-orang berdosa. Pertobatan itu sendiri hanya terjadi kalau ‘para pendosa’ itu di’sentuh’ oleh penerimaan dan pengertian.
Orang salah itu selalu dijauhi, dikucilkan dan dipandang sebagai ‘sampah masyarakat’. Sikap dan cap semacam ini akan semakin memperparah hidup mereka karena mereka ‘terpenjara’ oleh cara berpikir yang membelenggu mereka. Yesus datang ke dunia untuk mencari domba yang tersesat (bdk. Luk.15:2-8) dan menyelamatkan mereka yang hilang. Ia memulihkan orang yang sakit dan memanggil orang berdosa supaya bertobat (bdk. Luk. 5:32).
Kita harus bertobat karena kita tidak lebih baik dari mereka dan pertobatan itu pun merupakan bentuk pertanggungjawaban kita di hadapan Allah.
Engkaulah Bapa yang penuh kerahiman, tiada pernah menunda pengampunan-Mu saat aku datang dan memohon belas kasih-Mu. Oleh karena itu, setiap waktu tiada pernah kulupa untuk berseru: Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Amin.