PEKAN BIASA XXX (H)
Santa Lucianus dan Marcianus
Bacaan I: Rm. 8:12-17
Mazmur: 68:2.4.6-7ab.20-21; R:21a
Bacaan Injil: Luk. 13:10-17
Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: ”Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: ”Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: ”Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.
Renungan
Banyak orang mengalami ‘kehabisan kata’ dalam berdoa sehingga berhenti berdoa. Demikian pula, banyak orang merasa tidak cukup fasih untuk berdoa dengan kata-kata spontan. Barangkali berdoa menjadi sesuatu yang sulit kalau dihayati sebagai ‘berkata-kata kepada Tuhan dalam untaian kata dan kalimat’.
Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa berdoa adalah karya Roh. Oleh Roh, kita telah menjadi anak-anak Allah, bahkan menjadi ahliwaris Allah, dan oleh Roh itu kita mampu menyapa Allah sebagai ‘Abba, ya Bapa.’ Roh mengubah martabah kita menjadi anak Allah dan memungkinkan kita menyapa Dia sebagai Bapa. Jadi, berdoa sebenarnya berarti membiarkan Roh bekerja dan memampukan kita berkomunikasi dengan Allah, sang Bapa.
Dalam perjumpaan Yesus dengan wanita yang telah delapan belas tahun dirasuki roh, Yesus mampu mendengar dan menangkap kebutuhan wanita itu walau tak terungkap lewat kata. Dan Yesus yang mampu mendengar dengan hati-Nya langsung menyembuhkan wanita itu. Walaupun oleh karena tindakan itu Ia dianggap melanggar hukum hari Sabat. Bagi Yesus, keselamatan dan kebahagiaan wanita itu lebih penting. Mampukah kita berkomunikasi atau berdoa kepada Allah dengan hati kita?
Dalam kuasa Roh, berilah aku hati yang terbuka dan siap menyapa Engkau sebagai Abba, ya Bapa. Amin.