PEKAN BIASA XXIII (H)
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria (P)
Bacaan I: Mi. 5:1-4a
Mazmur: 13:6ab.6cd; R: Yes. 61:10
Bacaan Injil: Mat. 1:1-16.18-23
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ”Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.
Renungan
Suatu hari ada umat bertanya, mengapa Injil Matius diletakkan sebagai yang pertama dalam urutan Kitab Suci Perjanjian Baru, padahal katanya Injil yang paling tua adalah injil Markus? Ternyata jawabannya adalah karena Injil Matius mulai dengan silsilah Yesus sebagaimana kita renungkan hari ini. Secara rinci Injil Matius mengurai leluhur Yesus dan memperjelas kedudukannya dalam garis keturunan manusiawi. Harapannya dengan meletakkan silsilah Yesus dalam kisah Injil, semakin nyatalah bahwa Yesus yang adalah Putra Allah, juga 100% manusia. Yesus adalah Allah yang menginkarnasi.
Dalam silsilah itu, nama Maria tidak muncul. Padahal hari ini kita merayakan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Hal ini mudah dijawab karena pada zaman itu budaya patriarki dimana garis keturunan ayah yang menentukan identitas seseorang. Gereja ingin mempertegas peran pembentukan Yusuf dan Maria sebagai Ayah dan Ibu Yesus di dunia ini dalam perkembangan kepribadian Yesus. Ketulusan hati Yusuf dan Ketaatan Maria menjadi keutamaan yang pasti mempengaruhi katrakter Yesus.
Bibit, bebet dan bobot, itulah yang biasa orang Jawa pertimbangkan saat akan menikahkan anaknya dengan seseorang. Atau dalam konteks lain, seorang calon imam pun biasanya akan diteliti latar belakang keluarganya saat seleksi masuk.
Mari kita syukuri segala keutamaan yang sudah diwariskan orangtua kita dalam seluruh proses hidup kita.
Ya Bapa, terima kasih untuk orangtua yang sudah menanamkan benih cinta kepadaku dan membentuk aku. Amin.
Keterangan gambar: Santo Yohakim dan Santa Anna (orangtua Maria) serta Perawan Maria Terberkati yang masih kecil