Untuk memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, beberapa hari lalu Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kebon Dalem Semarang menggelar doa untuk bangsa lintas agama guna meluaskan persaudaraan sejati.
Kepala Paroki Kebon Dalem Semarang Pastor Aloys Budi Purnomo Pr menegaskan bahwa doa untuk bangsa lintas agama yang dilaksanakan di parokinya tanggal 20 Agustus 2015 bertujuan untuk mensyukuri kemerdekaan RI dan untuk berdoa untuk bangsa digelar dalam rangka untuk menindaklanjuti Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman Keuskupan Agung Semarang, yang diselenggarakan di Muntilan, 24-26 Oktober 2014.
Panitia doa untuk bangsa lintas agama mengundang 20 ketua lingkungan yang mengajak 5 teman dari agama yang berbeda. “Jadi ke depan moga-moga di banyak tempat, kegiatan-kegiatan yang lingkup lokal teritorial parokial begini semakin bermunculan sehingga persaudaraan sejati semakin meluas di segala penjuru muka bumi,” kata Pastor Budi Purnomo.
Doa itu diawali dengan ceramah dari tokoh Islam, Syarif Hidayatullah. Menurutnya, para pendiri RI menginginkan agar agama-agama yang hidup di negeri ini bisa hidup dengan baik, meski berbeda-beda. “Kekayaan semacam itu kita jadikan sebagai khazanah,” katanya.
Anggota FKUB itu berharap supaya masyarakat Indonesia bersama-sama menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bisa menjadi contoh bagi anak-cucu terutama dalam memberikan penghormatan kepada para leluhur yang mewarisi budaya cinta damai.
Syarif juga mengritisi media massa yang selama ini lebih membesar-besarkan masalah terutama terkait dengan hal-hal sensitif seperti permasalahan keagamaan daripada mewartakan hal-hal perdamaian.
Sedangkan Banthe (Biksu Budhha) Nyana Karuno mengatakan bahwa komunikasi yang baik sangat penting dalam membangun persaudaraan sejati. “Dari kegiatan persaudaraan sejati ini paling tidak ada komunikasi yang baik di antara saudara yang beriman sehingga kita bersama-sama terjadi komunikasi yang baik,” katanya.
Dengan perjumpaan, menurut banthe itu, yang selama ini tertutup mulai terbuka. “Komunikasi akan menjadi sarana untuk menjalin hubungan antarsesama umat beragama,” katanya seraya menegaskan bahwa hidup beragama di Indonesia sudah baik. “Namun, masih ada orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang cukup sehingga kadang kala memberikan penilaian berbeda.”
Untuk membangun persaudaraan sejati, Banthe Nyana Karuno meminta masing-masing pihak untuk menyadari diri masing-masing baik kekurangan maupun kelebihannya yang semuanya bisa menjadi kekayaan untuk kebersamaan. “Jadi jangan sampai nanti kita hanya bisa melihat kekurangan orang lain tanpa bisa melihat kekurangan yang ada pada diri kita sendiri,” lanjutnya.
Ketua LPMK Kelurahan Jagalan, M Fachri, yang menjadi moderator berharap supaya pemerintah menyelenggarakan pendidikan multikultural untuk generasi muda di Indonesia yang bermasyarakat majemuk. “Pendidikan multikultural sebaiknya diaplikasikan di sekolah-sekolah formal,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Diakonia Paroki Kebon Dalem Maria Francisca Komalawati ,yang bertindak sebagai koordinator acara itu berharap agar kerukunan antarumat beragama khususnya di sekitar paroki Kebon Dalem makin kuat.
Acara itu dilanjutkan dengan doa bersama dari masing-masing agama secara bergantian. (Lukas Awi Tristanto)
Kemerdekaan RI milik semua warga negara Indonesia dan semua umat beragama, jadi membangun persaudaraan antar umat beragama adalah suatu keharusan. Bangkit dan majulah Indonesia.