“Hai Orang Muda Bangkitlah!” Tema ini sudah bergema di semua 21 paroki Keuskupan Tanjungkarang jauh sebelum Tanjungkarang Youth Day (TYD) 2015 digelar di Kompleks Sekolah TK dan SD Fransiskus serta SMP dan SMA Xaverius Pahoman, Bandar Lampung, 21- 23 Juli 2015.
Ajakan itu mampu membangkitkan semangat 2.974 anggota OMK dari paroki-paroki sekeuskupan untuk datang berperanserta dalam TYD 2015, dan dengan semangat dan kebangkitan baru, mereka pulang membawa komitmen tujuh kebanggaan, yang mereka ungkapkan bersama dengan Uskup Tanjungkarang Mgr Yohanes Harun Yuwono Pr dalam Misa Penutupan TYD 2015:
“Bangga setia pada iman Katolik dan Gereja-Nya;
Bangga hidup benar, jujur, dan anti korupsi;
Bangga anti narkoba dan anti pergaulan bebas;
Bangga memelihara alam dan pembela kehidupan;
Bangga menjadi pribadi yang santun dalam berbudaya berlalu lintas di jalan raya;
Bangga cinta persaudaraan sejati dan kerukunan dengan semangat pluralitas;
Bangga menjadi warga masyarakat dan warga negara.”
Uskup Tanjungkarang kemudian memberikan berkat penutup, dan Misa pun selesai. Bis-bis lalu membawa OMK pulang ke paroki masing-masing, untuk kemudian bertemu pada TYD 2018. “Semoga TYD 2015 ini mampu membuat OMK Tanjungkarang semakin saling mengenal, baik di tiap paroki dan paroki lain sekeuskupan, dan mampu membuat kegiatan besar untuk beberapa wilayah berdekatan,” demikian harapan Wakil Ketua TYD 2015, Yohanes Rizki, menyaksikan bis-bis itu berlalu.
Namun, lebih daripada itu, sesuai harapan uskup, Rizki berharap agar OMK kini mampu mengambil peran penting dalam masyarakat. “Saya berharap agar OMK Keuskupan Tanjungkarang dan OMK se-Indonesia semakin bangga dengan jiwa kekatolikan dan semangat OMK, serta dapat memilih tujuan hidup yang selaras, menjadi imam, menjadi biarawan-biarawati, atau berkeluarga.”
Dijelaskan, tujuan TYD 2015 adalah mengumpulkan OMK se-Keuskupan Tanjungkarang guna menjalin kebersamaan di antara mereka, serta memperkenalkan kepada mereka berbagai lembaga hidup bakti. “Selain itu, TYD berusaha menyemangati mereka, baik secara pribadi dan bersama-sama untuk bertanggungjawab atas Gereja sehingga setelah TYD ini setiap paroki boleh merasakan dampaknya.”
TYD 2015, cerita Rizki, diawali dengan defile dari setiap paroki lengkap dengan papan nama paroki masing-masing. Mereka mengelilingi kompleks acara dan melewati barisan para uskup, imam, bruder, suster, dan frater sambil melakukan yel-yel.
Acara pembukaan memang dihadiri juga oleh Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ yang jadi konselebran utama Misa pembukaan. Mgr Sudarso juga terlibat dalam perayaan pembukaan. Setelah Ketua Panitia TYD 2015 Markus Sukamto, Komisi Kepemudaan KWI Pastor Antonius Hariyanto Pr, Mgr Harun Yuwono memberi sambutan dan diikuti pemukulan gong. Sesudah itu, Mgr Sudarso melepaskan burung dara yang menandakan TYD 2015 resmi dibuka dan dimulai.
Berbagai pentas memeriahkan TYD 2015 yang diselingi seruan yel-yel tiap paroki. Ada tarian modern, tarian budaya, dan pentas seni. Bukan hanya peserta yang bernyanyi tapi juga uskup, para imam, suster, dan frater. Namun, peserta juga khusyuk mengikuti renungan dan Misa harian.
Dalam TYD 2015, peserta dibagi dalam delapan kelompok besar dan mendengarkan masukan tentang “Bahaya Penggunaan Narkoba” oleh BNP (Badan Narkotika Provinsi) “agar OMK ingat akan bahaya narkoba yang selalu mengintai,” kata Rizki.
Selain mendengarkan masukan tentang “Pelopor Berlalu Lintas” oleh Polresta Bandar Lampung, “guna merendahkan tingkat kecelakaan di kalangan orang muda,” peserta mendengar masukan dari pastor, suster dan dokter tentang “Seksualitas dan Pergaulan Bebas” agar OMK “membentengi diri dari godaan-godaan dan mengambil peran positif dalam pergaulan.”
Aspirasi, saran, dan sharing setiap paroki yang dikemas dalam acara “Pesan dari Kampung” disampaikan untuk menjadi bahan bagi Komisi Kepemudaan dalam merencanakan kegiatan tiap-tiap OMK paroki.
Hal lain, jelas Rizki, adalah “Hidup Bakti,” yang menjadi kesempatan bagi para imam dan biarawan-biarawati dari berbagai kongregasi untuk memperkenalkan kehidupan mereka, “Animasi untuk Sekolah Minggu” agar OMK bisa menjadi contoh untuk anak-anak dan remaja dan berperan dalam sekolah minggu, “Life Skill” untuk melatih berkreasi dan berkarya, dan “Wide Games” untuk penyegaran dan penguatan tanggungjawab, kerjasama, dan keberanian.
Malam hari terakhir, cerita Rizki, digelar pentas seni kedua hasil kreatifitas peserta di bidang musik. Ada yang menampilkan beatbox, vocal group, band, akustik, perkusi, dan dance. Nyanyi bersama, jingkrak-jingkrak, tersenyum dan tertawa adalah warna malam, yang diakhiri renungan 3000 lilin dan pengakuan dosa. (kristiana widianti)
Foto-foto diambil dari halaman Facebook Keuskupan Tanjungkarang
Semoga orang muda khatoluk dapat lebih memberi warna,baik dalam mengereja maupun bermasyarakat. GBU
Semoga orang muda khatolik dapat lebih memberi warna dalam kehidupan mengereja maupun kehidupan bermasyarakat.GBU