Sudah 52 tahun, Yayasan Sosial Soegijapranata (YSS) Keuskupan Agung Semarang (KAS) melayani orang-orang yang miskin dan para karyawannya merasakan pengalaman kegembiraan dan sukacita dalam keterbatasan melayani orang-orang lanjut usia, orang-orang cacat ganda, maupun orang-orang sederhana di balai pengobatan.
“Dari pengalaman selama itu, banyak orang yang sudah berubah hidupnya. Mereka yang dilayani di panti-panti semakin dihargai, semakin dijunjung tinggi martabat manusianya,” kata Ketua YSS Pastor Alexius Dwi Ariyanto Pr menegaskan dalam Misa Perayaan Syukur Ulang Tahun ke-52 YSS di Semarang, 22 Juli 2015. Meskipun berbeda suku, agama, ras, dan karakter pikir, lanjut imam itu mengangkat semangat Mgr Albertus Soegijapranata, “namun manusia itu tetap satu keluarga besar.”
Gereja Keuskupan Agung Semarang, kata imam itu, telah menemukan jatidirinya sebagai Gereja Papa Miskin, sebagai paguyuban murid-murid Yesus, yang selama hidup-Nya memperjuangkan nilai-nlai kemanusiaan ini. “Karena memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan itu, Yesus akhirnya berkonfrontasi dengan pemuka-pemuka agama waktu itu, dan akhirnya Yesus dibunuh.”
Tetapi, lanjut imam itu di hadapan pengurus, karyawan, donatur dan undangan, apa yang dibuat oleh Yesus dibenarkan oleh Allah dan akhirnya Yesus dibangkitkan. “Dan pengalaman kebangkitan dialami pertama kali oleh Maria Magdalena,” kata Pastor Ari pada acara yang bersamaan dengan peringatan Santa Maria Magdalena.
Semua yang hadir lalu diajak memohon rahmat Tuhan agar pengalaman iman Santa Maria Magdalena menjadi pengalaman iman bersama untuk terus menerus berjuang dengan setia dalam pelayanan di YSS, “agar kehadiran Gereja KAS melalui pelayanan YSS ini semakin dirasakan oleh semakin banyak orang, sehingga YSS sungguh menjadi berkat bagi siapapun dan apapun.”
Dijelaskan, pengalaman di YSS merupakan pengalaman iman ketika seseorang diubah oleh Tuhan sendiri. “Pengalaman itu mirip dengan pengalaman iman Santa Maria Magdalena. Pada mulanya, ia dirundung kesedihan. Namun, setelah tahu Yesus bangkit ia pun mengalami kegembiraan yang luar biasa. Ia pun menyampaikan kabar suka cita itu kepada orang lain.”
Pengalaman kegembiraan karena merasakan diubah oleh Tuhan tidak dia miliki sendiri, namun dibagikan supaya banyak orang juga mengalami pengalaman diubah ini, kata Pastor Ari seraya menambahkan bisa jadi pengalaman yang dialami mereka yang melayani di YSS adalah pengalaman berat dan menyesakkan. “Tetapi saya yakin, pengalaman-pengalaman itu kalau terus menerus-menerus dihayati, akhirnya menjadi pengalaman menggembirakan dan diubah oleh Tuhan.”
Agar semakin banyak lansia atau anak-anak cacat, atau klien KCK (Kredit Candak Kulak, yang mendampingi pedagang sayur, tukang sepatu dan tukang becak) atau klien di balai pengobatan, terlayani dengan lebih baik, dalam perayaan itu Direktur Pelaksana YSS Bruder Konradus Samsari CSA berharap agar pelayanan YSS semakin berkembang dan semakin profesional.
“Walaupun ini yayasan sosial, tetapi kami berusaha untuk professional,” kata bruder itu seraya bersyukur karena semakin banyak orang yang terlibat dalam karya pelayanan YSS, baik yang menyumbangkan pemikirannya, dana maupun sembako.
Banyak orang tidak pernah berpikir akan berkarya di YSS dan awalnya mengaku berat karena tidak punya latar belakang. Pastor Ari juga merasakan hal itu. “Tetapi lambat laun namun pasti, saya bisa menemukan, di sinilah pengalaman saya diubah,” kata imam itu.
Imam itu mengakui hanya memiliki hati yang ingin mengabdikan hidup bagi Gereja di mana pun diutus, namun “pengalaman saya diubah saat berjumpa dengan orang-orang yang melayani di YSS, yang melayani dengan penuh sukacita.”
Sedikit demi sedikit hatinya mulai merasa ingin terlibat dalam karya pelayanan, setelah pengalamannya diubah oleh Tuhan sendiri. Sebagai umat beriman, kata imam itu, “pengalaman berubah itu adalah karena pengalaman bersama Tuhan.” (Lukas Awi Tristanto)