Injil adalah kabar gembira Kerajaan Allah, kabar gembira bagi manusia sepanjang zaman, bahwa Allah mencintai manusia dan menghendaki mereka selamat meski mereka berdosa. Kalau sekarang Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Manado berkumpul dengan tekad dan tema “Menjadi Injil yang hidup,” maka Injil yang dimaksudkan bukan kata-kata dan kalimat yang tertulis dalam Injil, melainkan Injil yang hidup, kegembiraan dan sukacita dalam hidup nyata.
Uskup Manado Mgr Joseph Suwatan MSC menegaskan hal itu dalam Perayaan Ekaristi Pembukaan Pertemuan Berkala XX OMK Keuskupan Manado, yang berlangsung di Stadion Parasamya, Walian, Tomohon, 16 Juli 2015. Tercatat 5655 anggota OMK hadir dalam pertemuan yang digelar setiap dua tahun itu. Mereka datang dari 51 paroki yang tersebar di 9 kevikepan keuskupan itu.
Selain Sekjen Keuskupan Manado Pastor John Montolalu Pr, Vikjen Pastor Agus Sumaraw Pr, Vikep Tomohon Pastor Johanis Pinontoan Pr, Kepala Paroki Maria Ratu Damai, Walian, Pastor Manuel Poluan Pr, serta 30 imam lain dan biarawan-biarawati, hadir juga Kapolda Sulut Brigjen Polisi Wimar Marpaung, Walikota Tomohon Jimmy Feidy Eman, serta Kapolresta dan Ketua DPRD Kota Tomohon.
Sukacita Injil itu, Mgr Suwatan mengingatkan, bukan untuk dirasakan sendiri, namun harus diwartakan, “karena pengalaman akan kasih Allah serentak menjadi panggilan untuk menghadirkan pengalaman iman itu di sekolah, kampus, lingkup kerja dan pergaulan.”
Dengan cara itu, Mgr Suwatan yakin, OMK di keuskupannya menjadi OMK berdaya pikat di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. “Di sini kita hadir sebagai garam dan terang. Anda sebagai orang muda, saya sebagai lansia yang baru merayakan ulang tahun ke-75 dan perayaan syukur 25 tahun sebagai uskup.”
Bapa Suci, menurut uskup Manado, adalah pribadi lemah lembut dan rendah hati yang selalu dekat dengan orang muda dan dalam berbagai kegiatan orang muda internasional menghadirkan Kristus yang lemah lembut dan rendah hati.
“Pertemuan ini mengajak kita dekat dengan pastor paroki masing-masing dan terlibat dalam hidup bersama di paroki. Kehadiranmu menjadi ungkapan syukur dan dukungan bagiku sebagai uskupmu. Kita bersama perlu belajar dari Yesus, tumbuh sebagai pribadi lemah lembut, rendah hati, dan atas cara itu menjadi Injil yang hidup. Tanpa sikap hidup rendah hati, lemah lembut dan sabar, kita akan menciptakan dan menghadapi aneka konflik dalam berbagai relasi,” uskup mengingatkan.
Seperti Musa yang dipanggil membawa pembebasan bagi umat Israel, tegas Mgr Suwatan, OMK Keuskupan Manado juga dipanggil membawa berbagai pembebasan “dari aneka tindakan dan perbuatan yang salah, dari berbagai belenggu keterlibatan dalam narkoba, seks bebas, miras dan bagate (mabuk), tindakan kekerasan atau hal lain yang membawa kenikmatan sesaat.”
Uskup berharap pertemuan akbar itu menghasilkan orang muda yang dewasa dalam iman, moral dan sosial, peduli dengan lingkungan dan sesama, serta terlibat dalam gerakan yang mengusahakan kesejahteraan jasmani dan rohani.
Ketua OMK Paroki Maria Ratu Damai Uluindano Tomohon, Prima Loho, melihat pertemuan itu menjadi wadah refleksi, penambahan ilmu dan ajaran iman, peningkatan ketrampilan serta pemberdayaan OMK untuk menjadi Injil yang hidup. Parokinya adalah tuan rumah dan OMK parokinya adalah panitia pelaksana, sedangkan penyelenggara kegiatan itu, jelasnya, adalah Komisi Kepemudaan Keuskupan Manado dan Kevikepan Tomohon.
Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Manado Pastor Joutje Palit Pr menegaskan, “OMK sebagai Injil yang hidup bukan hadir dalam pertemuan ini sebagai bentuk show power saja tetapi diutus kembali menjadi orang muda yang aktif di tengah paroki, setia sebagai anak di rumah, giat belajar di sekolah dan kampus, jujur dan bertanggungjawab dalam dunia kerja, dan selalu memperdalam iman.”
Iman yang dalam dan berkualitas, kata Kapolda Sulut, akan membantu orang muda membuat putusan tepat dalam memilih nilai-nilai hidup. “Dari berbagai kasus di daerah ini, umumnya pelakunya adalah orang muda, dan OMK ada di dalamnya. Yesus sebagai Guru dan Imam Agung mengajak kita untuk aktif menciptakan keamanan lingkungan,” katanya.
Gubernur Sulut SH Sarundayang, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Walikota Jimmy Eman menjelaskan, Tomohon sejak dulu tidak saja dikenal sebagai kota bunga tapi juga religius. “Banyak pusat spiritualitas dan kerohanian ada di sini. Lewat perjumpaan dan berbagai kegiatan, OMK Keuskupan Manado akan diutus kembali sebagai pribadi yang telah diisi ful dengan nilai spiritualitas. Inilah warna baru di tengah persaudaraan bangsa yang tercabik-cabik dan aneka persoalan yang mencemaskan dan tiada hentinya,” kata gubernur.
Ketua Panitia, Stenly Langitan melaporkan bahwa kegiatan yang berlangsung hingga 19 Juli 2015 itu diisi dengan berbagai lomba di bidang kerohanian, pembinaan, kebersamaan, seni dan olah raga, termasuk lomba paduan suara dan lomba tarian khusus OMK di keuskupan itu yang disebut Tari Jajar.
Defile peserta membuka berbagai kegiatan lomba dengan membawa berbagai kreativitas, kekayaan seni dan hasil tangan OMK dalam bentuk tarian dan lukisan, serta buah dan sayur hasil olahan OMK. Selain penampilan seni daerah termasuk budaya Tionghoa, ada juga tampilan simbol-simbol profesi dalam Gereja, pemerintah dan masyarakat. Nuansa ekumene dan kerukunan umat beragama sangat terasa.
Ketika hendak melepaskan peserta defile pertama dari Paroki Santa Ursula Watutumou Minahasa Utara, Mgr Suwatan mengingatkan bahwa pertemuan itu serentak menjadi persiapan Indonesia Youth Day (IYD) 2016 yang akan berlangsung 1-6 Oktober 2016 dengan Keuskupan Manado sebagai tuan rumah.
Pada kesempatan terpisah Uskup Manado itu menjelaskan bahwa dia sudah menyampaikan maksud dan harapan itu saat bertemu Paus Fransiskus, dan bahwa maksud itu disambut positif oleh Presiden Jokowi. (Sales Tapobali)