Opsi memihak kaum miskin adalah landasan teologis Gereja, kata Pastor Gustavo Gutiérrez OP dalam konferensi pers di Vatikan tanggal 12 Mei 2015. Untuk berbicara lebih jauh tentang hal itu, Devin Sean Watkins dari Radio Vatikan mewawancarai teolog dari Peru itu dan melaporkannya dalam media itu tanggal 9 Juni 2015.
Dalam pembicaraan itu, Pastor Gutiérrez OP menjelaskan latar belakang teologis dari kemiskinan serta tantangan-tantangan yang dihadapi misi penginjilan Gereja saat ini.
Imam dari Ordo Pewarta (OP) itu dianggap oleh banyak kalangan sebagai salah satu pendiri Teologi Pembebasan, teologi yang secara khusus menekankan hak-hak kaum miskin dan penginjilan mereka.
Pastor Gutiérrez mengatakan bahwa opsi memihak kaum miskin, atau kepedulian Gereja terhadap kaum miskin, bukanlah ‘obsesi terhadap kaum miskin; itulah realitas dunia karena kemiskinan sedang menghancurkan, merusak pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga.’
‘Kemiskinan’, kata imam itu, ‘adalah kematian, dalam analisis terakhir. Gereja memahami hal ini lebih baik daripada di masa lalu, tapi sudah ada banyak kontribusi, termasuk Paus Santo Yohanes XXIII dan Konsili Vatikan II.
Ketika ditanya hal-hal mutakhir dari teologi saat ini, Pastor Gutiérrez mengutarakan tiga hal yang menekan misi penginjilan Gereja.
Yang pertama, kata imam itu, adalah persoalan sekularisasi dalam masyarakat pasca-modern. “Secara kronologis, inilah tantangan pertama pada Gereja dua [milenium] lalu.”
Yang kedua adalah kemiskinan, yang muncul sebagai topik yang menekan dalam “50 sampai 60 tahun yang lalu.”
Topik paling penting ketiga yang dihadapi Gereja saat ini adalah dialog antaragama. Yang paling penting adalah teologi di sekitarnya. “Peran Yesus dalam penyelamatan manusia,” kata imam itu.
Kesimpulannya, kata Pastor Gutiérrez, “Gereja ada untuk menginjili, dan penginjilan adalah misi.” (pcp berdasarkan Radio Vatikan)
Keterangan foto: Foto dari AP ini memperlihatkan Pastor Gustavo Gutiérrez OP dalam konferensi pers di Vatikan 12 Mei 2015.