Pen@ Katolik

Mgr Pareira: Imam bukan pejabat tapi pelayan umat yang mewartakan Kristus

IMG_0111 (1)

Uskup Maumere Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD menegaskan bahwa menjadi imam bukan seperti menyandang jabatan di pemerintahan sebagai pejabat yang dianggap penting, tetapi sebagai pelayan umat yang mewartakan Kristus yang bangkit kepada semua orang yang belum mengenal Allah dan yang mengantar mereka untuk mencapai hidup yang kekal.

Mgr Pareira mengatakan hal itu saat menahbiskan dua imam dari Kongregasi Pasionis yakni Pastor Agustinus Riang Kapuka CP dan Pastor Antonius Kema CP di Bukit Golgota Nilo, Paroki Mikhael Malaikat Agung Nita, Keuskupan Maumere, tanggal 2 Juni 2015. Misa yang dihadiri ratusan umat itu bertema “Imam dipilih dari antara Umat untuk Allah dan Manusia.” Koor dengan 150 anggota dari Paroki Santa Maria Magdalena Nangahure dan 50 penari dari OMK Wailiti memeriahkan Misa itu.

Seraya mengingatkan kedua imam baru itu untuk menjadi pelayan umat yang baik dengan contoh dan teladan hidup, Mgr Pareira minta mereka menyerahkan diri secara total kepada Tuhan dengan menghayati tiga kaul yang diucapkan dengan baik dan benar.

“Menjadi imam berarti menjadi gembala yang setia mengantar dombanya untuk mencapai keselamatan. Keselamatan hidup tidak didapat cuma-cuma tetapi butuh pengorbanan dan setia kepada Tuhan,” kata uskup itu.

Provinsial Kongregasi Pasionis Indonesia Pastor Nikodemus CP yang menyebut orangtua dari dua imam itu sebagai donatur utama, “karena seorang imam lahir dari keluarga,” berharap agar kedua imam itu belajar setia dan terus mencintai agar hidup dapat menghasilkan buah berlimpah dan menjadi imam untuk seumur hidup.

Kedua imam Pasionis itu diingatkan spiritualitas kongregasi itu “sengsara membawa nikmat” seperti halnya yang tergambar dalam Bukit Golgota Nilo yang dipilih menjadi tempat tahbisan itu, tempat Yesus sengsara dan digantung di bukit Golgota.

Mewakilim umat, Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera berharap kedua imam itu menjadi lilin yang siap membakar diri sehingga sekitarnya menjadi terang. “Nilo dalam bahasa setempat berarti cahaya atau terang. Cahaya Kristus kalian peroleh dari urapan imamat hendaknya dibawa dan disebarkan ke seluruh dunia,” pinta bupati itu.

Kedua imam baru itu menyelesaikan studi Filsafat di STFT Widya Sasana Malang dan Teologi di STT Pastor Bonus Pontianak. Moto tahbisan dari Pastor Agustinus yang lahir di Malaysia 30 Juli 1984 itu berasal dari Solor, Flores Timur, adalah “Tuhan Adalah Kekuatanku dan Perisaiku, kepada-Nya Hatiku Percaya,”  sedangkan dari Pastor Antonius yang lahir di Detubuga, Ende, 4 Juli 1985, adalah “Allah adalah Kasih”.  (Yuven Fernandez)