Agar kita bebas dari dosa dan dibersihkan, Yesus menumpahkan darah-Nya, kata Paus Fransiskus dalam prosesi Tubuh dan Darah Kristus di malam 4 Juni 2015. Dan dalam homili Misa yang dirayakan sebelumnya di halaman Santo Yohanes Lateran, Paus menegaskan, “Yesus menumpahkan darah-Nya sebagai harga dan sebagai pembersihan, agar kita bersih dari segala dosa,” yang karenanya kita boleh mengalami “rahmat transformasi.”
Paus Fransiskus merayakan Hari Raya Tubuh dan darah Kristus dengan Misa di depan Basilika Patriarkal Santo Yohanes Lateran, dan secara simbolis memimpin prosesi tradisional dengan membawa Sakramen Mahakudus menuju Basilika Santa Maria Maggiore yang terletak di dekatnya.
Emeritus Prefek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi Kardinal Francis Arinze menjelaskan, sementara di banyak komunitas perayaan Tubuh dan Darah Kristus dipindahkan ke hari Minggu sesudah perayaan itu, kalender liturgi Vatikan tetap merayakannya sesuai tradisi pada hari Kamis setelah Minggu Tritunggal Mahakudus.
Seperti tahun lalu, setelah Misa itu Paus Fransiskus pergi ke Santa Maria Maggiore dengan menaiki mobil dan di sana Paus menunggu prosesi yang dipimpin Kardinal Vikaris Agostino Vallini. Prosesi itu diikuti umat beriman dengan membawa lilin bernyala, sehingga jalan Via Merulana yang biasa gelap di antara kedua basilika itu nampak terang. Paus menerima Sakramen Mahakudus di basilika itu dan memimpin Benediction atau penyembahan dan berkat Sakramen Mahakudus.
“Kita akan selalu tetap merupakan pendosa yang malang, tetapi Darah Kristus akan membebaskan kita dari dosa-dosa dan mengembalikan martabat kita,” demikian refleksi Paus. “Dengan kerendahan hati yang tulus, kita dapat membawa kasih Tuhan dan Penyelamat kita kepada saudara-saudara kita. Kita akan menjadi matanya yang pergi mencari Zakheus dan Magdalena; Kita akan menjadi tangan-Nya yang membantu orang sakit rohani dan jasmani; kita akan menjadi hati-Nya yang penuh kasih untuk rekonsiliasi dan pemahaman.”
Pada Perjamuan Terakhir, kata Paus, Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya, meninggalkan kepada kita demi peringatan akan pengorbanan cinta-Nya yang tak terbatas. Dengan “dorongan” yang penuh rahmat ini, kata Paus, “para murid memiliki segala yang mereka butuhkan untuk perjalanan panjang sejarah, seraya membawa Kerajaan Allah ke semua orang.”
Dalam pengorbanan diri sendiri di Salib, Paus Fransiskus menunjukkan, bahwa Yesus memberikan terang dan kekuatan kepada para murid-Nya. Terang dan kekuatan itu menjadi bagi mereka karunia yang Yesus lakukan dari diri-Nya, mengorbankan diri-Nya secara sukarela di salib.
“Roti Hidup ini telah diturunkan kepada kita! Gereja memiliki kekaguman yang tidak pernah berakhir di hadapan kenyataan ini,” kata Paus seraya mengatakan bahwa kekaguman ini juga membuat kita semakin banyak melakukan kontemplasi, kenangan, dan ibadah.
Prosesi sesudah Misa, jelas Bapa Suci, dapat mengungkapkan rasa syukur atas cara yang Tuhan gunakan untuk menyelamatkan kita dari perbudakan.
Sebelum memulai prosesi, Paus berdoa agar semua yang mengikuti prosesi itu merasa bersatu dengan saudara-saudara yang tidak bebas mengungkapkan imannya kepada Tuhan Yesus. “Marilah kita merasakan persatuan dengan mereka, bernyanyi bersama mereka, memuji mereka, mencintai mereka. Dan kita berdoa di dalam hati bersama saudara-saudara yang diminta mengorbankan nyawa mereka demi kesetiaan kepada Kristus. Semoga darah mereka, bersama-sama Darah Tuhan, menjadi janji perdamaian dan rekonsiliasi bagi seluruh dunia.” (paul c pati berdasarkan Radio Vatikan dan Zenit.org)