Sekelompok anak-anak tiba di Vatikan tanggal 30 Mei 2015 dengan menaiki “Kereta Api Anak-Anak.” Mereka datang untuk menemui Paus Fransiskus dalam acara yang diselenggarakan oleh Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, bekerja sama dengan kereta api nasional Italia.
Anak-anak laki-laki serta perempuan yang berjumlah 200 orang itu adalah anak-anak dari pria dan wanita yang ditahan dalam penjara di Roma, Latina, Bari, dan Trani.
Tema acara itu adalah “Penerbangan,” karena hari untuk anak-anak itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk “terbang” melepaskan diri dari lamunan tentang kenyataan sehari-hari mereka, tentang batas-batas dinding penjara dan tentang pemisahan paksa dari keluarga mereka.
Sesuai tema ini, anak-anak menyambut Paus Fransiskus dengan layang-layang warna-warni. Dalam pertemuan yang dipenuhi lagu dan dialog itu, Paus menekankan bahwa Allah adalah kasih.
Bercermin dari hadiah tanaman yang anak-anak itu bawa untuk Paus, Bapa Suci berusia 78 tahun itu berbicara tentang kegelapan di bumi dan anak-anak harus belajar tentang itu. Setiap terjadi kegelapan, orang pergi mencari terang, tegas Paus. “Terang. Itu selalu ada dalam diri kita. Karena terang memberi kita sukacita, memberikan kita harapan.”
Bapa Suci mendorong mereka untuk melihat bahwa setiap orang dapat menemukan terang. Bapa Suci juga bertanya kepada mereka cara memperbaiki dunia. Mereka lalu menjawab: “Dengan cinta!” Paus Fransiskus lalu bertanya, “Siapakah Allah itu?” Paus lalu menguatkan jawaban anak-anak bahwa “Allah adalah kasih.”
“Allah adalah kasih … Dan kita pergi ke tempat yang terang untuk menemukan kasih Allah. Tetapi, adakah kasih Allah dalam diri kita, bahkan di saat yang gelap? Adakah kasih Allah di situ, tersembunyi? Ya, selalu! Kasih Allah tidak pernah meninggalkan kita. Kasih Allah selalu bersama kita,” kata Paus. “Kalau kasih Allah ada di depan, semuanya berjalan dengan baik,” lanjut Paus.(pcp berdasarkan Radio Vatikan dan Zenit.org)