“Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) itu ibarat ‘jagung’ yang harus dipelihara dengan baik ketika mulai ditanam. Jadilah kader PMKRI yang militan. Jangan takut merongrong sesuatu demi kebenaran,” ajak Ketua Presidium PMKRI Cabang Atambua Santo Yohanes Paulus.
Agustinus Hale Koli berbicara dalam Masa Bimbingan (Mabim) sekaligus pelantikan anggota PMKRI di Atambua, 31 Mei 2015. Sebanyak 22 calon anggota PMKRI Cabang Atambua dari Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Nusantara Cabang Atambua dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Fajar Timur Lolowa Atambua menghadiri acara itu.
Maksud dan tujuan kegiatan itu, menurut Agustinus, adalah “proses pematangan kader yang handal, populis dan berkepribadian yang baik serta kecerdasan intelektualitas anggota.”
“Ini merupakan kelanjutan dari Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) yang berlangsung beberapa hari lalu. Dalam PMKRI, ada proses pendidikan berjenjang yakni Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB), Masa Bimbingan (Mabim), Latihan Kepemimpinan Kader (LKK), Konferensi Studi Regional (KSR) dan juga Konferensi Studi Nasional (KSN). Semua anggota PMKRI wajib mengikutinya karena di sanalah mereka melatih ketajaman berpikir untuk selalu kritis dalam situasi apa pun,” katanya.
Dalam sambutan pembukaan yang sekaligus membuka mabim itu, ketua presidium itu mengajak PMKRI untuk segera mengakhiri “polemik kecil” dalam tubuh PMKRI, “karena bisa sangat mengganggu eksistensinya dalam pengkaderan dan perjuangan PMKRI melawan ketidakadilan.”
Lusianus Loko Rain, salah satu Anggota Dewan Pertimbangan PMKRI menyatakan, PMKRI di Atambua diibaratkan ada dan tiada, oleh karena itu para alumni bahu-membahu menghidupkan PMKRI di Atambua dengan hadirnya beberapa kampus.
“Tidak ada orang hebat yang dilahirkan di luar wadah organisasi. PMKRI di Atambua baru terbentuk tahun 2004. Ketika Anda masuk dan bergabung dalam PMKRI, di situlah Anda dilirik untuk dijadikan orang hebat. Menyesal bagi teman-teman Anda yang tidak bergabung dalam PMKRI. Jangan merasa tersiksa bila sudah bergabung di PMKRI, tapi harus selalu merasa beruntung karena Anda adalah calon orang berpengaruh,” Lusianus membakar peserta.
Remigius Wili, salah satu alumni PMKRI mengatakan, “Tuhan memanggil seseorang untuk sukses dan setia dalam panggilannya bukan dalam kelompok besar tetapi jumlah kecil. Di situlah PMKRI terus bertumbuh dan berkembang. Jangan jadikan PMKRI sebagai tempat meraup keuntungan materi, tetapi jadikan PMKRI sebagai bagian dari bertumbuhnya intelektualitas.”
Seorang peserta, Lesi Maya Kono, yang kini belajar di STISIP Fajar Timur, mengatakan bahwa bergabung ke wadah PMKRI akan menjadi barometer tersendiri dalam proses pengembangan diri, mentalitas dan intelektualitas.
“Saya bergabung dalam organisasi PMKRI untuk melatih diri berbicara di depan publik serta untuk mengasah mentalitas, moralitas serta ketajaman intelektualitas dalam berpikir,” tegasnya seraya menambahkan bahwa kejatuhan harga diri bangsa Indonesia adalah akibat merosotnya moralitas bangsa, rendahnya SDM, terpuruknya mentalitas belakangan ini.”(Felixianus Ali)