Hubungan Agama Katolik dan Agama Yahudi menjadi sorotan di Vatikan tanggal 20 April 2015 karena terjadi pertemuan pertama antara Paus Fransiskus dengan delegasi dari Konferensi Para Rabbi Eropa. Fokus dari konferensi yang mewakili lebih dari 700 Rabbi dari sinagoga-sinagoga di seluruh benua Eropa itu adalah membela hak-hak agama Yahudi di Eropa saat ini.
Menurut Philippa Hitchens dari Radio Vatikan, Paus Fransiskus mengingat kepada para rabbi itu tentang warisan mantan Rabbi Kepala Roma, Elio Toaff, yang meninggal 19 April 2015, beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-100. Seraya mengenang pertemuan historis pertama rabbi itu dengan Paus Yohanes Paulus II tahun 1986, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita syukur mengenangnya sebagai tokoh perdamaian dan dialog.
Paus juga memandang ke depan, perayaan bulan Oktober, yakni peringatan 50 tahun dokumen Nostra Aetate, yang menandai titik balik hubungan antara umat Katolik dan umat Yahudi. Meskipun dokumen itu tetap merupakan titik acuan bagi semua upaya bersama, Paus mengatakan bahwa yang lebih penting saat ini adalah menekankan dimensi spiritual dan keagamaan dari kehidupan di Eropa, yang semakin ditandai sekularisme dan diancam oleh ateisme.
“Umat Yahudi dan umat Kristen bersama-sama bertanggung jawab mempertahankan rasa suci dan mengingatkan umat bahwa hidup kita merupakan hadiah dari Allah,” kata Paus .
Melihat tren anti-Semit yang mengganggu di Eropa hari ini, Paus mengatakan bahwa kenangan akan tragedi Shoah, di jantung Eropa, tetap sebagai peringatan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Menanggapi pernyataan Paus, presiden Konferensi Para Rabbi Eropa, Pinchas Goldschmidt mengatakan bahwa orang Yahudi di Eropa saat ini merasa terjebak di antara serangan-serangan imigran Muslim radikal dan tendangan sekuler banyak pemimpin politik Eropa.
Rabbi Kepala dari Moskow itu berterima kasih kepada Tahta Suci dan umat Katolik di seluruh Eropa karena mendukung upaya kebebasan beragama. Dia juga memperingatkan konflik di Rusia dan apa yang disebut dengan “dinding baru yang semakin tinggi antara Timur dan Barat,” dengan mendesak Paus Fransiskus untuk membantu membangun jembatan-jembatan baru serta membawa Barat kembali dari ambang perang.
Dalam pembicaraan dengan Radio Vatikan setelah audiensi dengan Paus, Pinchas Goldschmidt mengatakan, meskipun ini merupakan pertemuan resmi pertama dengan Paus Fransiskus, “banyak anggota kelompok dari berbagai negara telah bertemu dengan paus dan para pejabat Vatikan dalam beberapa dekade sebelumnya.”
Dia mengatakan bahwa pertemuan di Vatikan itu memiliki nilai sejarah dan merupakan langkah maju dalam menghadapi tantangan bersama kedua komunitas agama itu, “termasuk penderitaan umat Kristen di Timur Tengah dan serangan terhadap umat Yahudi di negara-negara Eropa, tetapi juga upaya bersama untuk kebebasan beragama.”(pcp berdasarkan Radio Vatikan)