“Saya berharap agar masyarakat internasional tidak terus membisu dan tak berbuat apa pun di depan kejahatan tidak dapat diterima seperti itu, kekerasan yang merupakan pelanggaran mengkhawatirkan terhadap hal paling mendasar dari hak asasi manusia.”
Itulah seruan yang Paus Fransiskus berikan menyangkut nasib orang-orang Kristiani yang dianiaya di Timur Tengah. Bapa Suci mengatakan kata-kata itu dalam sambutannya setelah membacakan doa Regina Coeli bersama para peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, 6 April 2015.
Paus mengucapkan selamat datang kepada orang-orang yang berkumpul itu, khususnya anggota-anggota Gerakan Shalom yang menggelar lomba lari estafet untuk meningkatkan kesadaran bagi orang-orang Kristiani yang dianiaya di seluruh dunia. Bagian terakhir estafet itu berakhir di lapangan itu.
“Rencana perjalanan kalian sudah selesai, namun perjalanan spiritual berupa doa yang sungguh-sungguh harus dilanjutkan oleh kalian semua,” kata Bapa Suci. Menurut Paus, sangat dibutuhkan “peranserta konkret dan bantuan jelas untuk membela dan melindungi saudara-saudari kita yang dianiaya, diasingkan, dibunuh, dipenggal kepalanya hanya karena mereka benar-benar umat Kristiani.”
Paus berusia 78 tahun itu meminta masyarakat internasional agar tidak tinggal diam di depan pembunuhan umat Kristiani yang tak terhitung jumlahnya, khususnya di Timur Tengah. “Saya benar-benar berharap agar masyarakat internasional tidak mengalihkan pandangan mereka,” kata Paus.
Seruan Bapa Suci bagi mereka yang dianiaya karena imannya itu menggemakan perasaannya bulan lalu. Tanggal 15 Maret 2015, setelah berita tentang pemboman dua gereja di Lahore, Pakistan, Paus berdoa agar “penganiayaan terhadap orang Kristiani, yang coba disembunyikan oleh dunia, bisa berakhir dan di sana bisa terjadi perdamaian.”
Menutup sambutannya, Paus Fransiskus meminta umat beriman untuk menerima perayaan Kebangkitan Kristus dengan “sukacita dan ketenteraman.” (pcp berdasarkan laporan Junno Arocho Esteves dari Zenit.org)