OKTAF PASKAH (P)
Santo Yohanes Baptista de la Salle; Beato Henry Walpole
Bacaan I: Kis. 2:36-41
Mazmur: 33:4-5.18-19.20.22; R: 5b
Bacaan Injil: Yoh. 20:11-18
Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ”Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: ”Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: ”Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: ”Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: ”Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: ”Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: ”Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ”Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Renungan
Pengalaman ketika masih SMP selalu berkesan bagi banyak orang. Di sanalah kita pertama kali merasakan cinta pertama. Itulah saat dimana kita sudah mulai menjaga sikap kita dan mulai merasakan perubahan dalam diri kita. Saat itulah kita mulai memperhatikan teman-teman kita, baik namanya, hobinya ataupun juga hal-hal apa yang bagi kita menarik dalam dirinya. Saat itulah kita kemudian mulai memahami perasaan suka kita tidak sekadar dan sebatas teman saja. Akan tetapi, pengalaman itu seakan berakhir tatkala kita berpisah. Namun, tatkala ada acara reuni, kita akan sangat senang jika teman-teman kita masih mengenal kita, masih hafal dengan nama kita. Kita merasa sangat dihargai oleh teman-teman kita. Tidak diingat dan bahkan lupa akan nama kita adalah suatu kesedihan yang terdalam, karena seakan kita terlupakan dari memori mereka.
Pengalaman itu pula yang dialami oleh Maria Magdalena. Dahulu ketika masih bersama dengan Yesus, ia begitu mengenal Yesus. Tetapi, saat Yesus telah bangkit, dan ketika ia diliputi ketakutan dan kesedihan, Maria Magdalena justru tidak mengenal Yesus. Bahkan Maria Magdalena menganggap Yesus sebagai tukang penunggu taman. Akan tetapi, ketika disebut namanya oleh Yesus, Maria Magdalena kemudian mengenal bahwa dialah Yesus. Panggilan nama kepada seseorang membuat orang yang disebut namanya menjadi semakin mengenal dan merasa sangat dihargai. Tidak cukup sampai di sana, Yesus justru meminta Maria Magdalena untuk memberitahukan kepada murid Yesus yang lain supaya tetap teguh dalam iman. Itulah pengalaman cinta yang sangat indah. Kita pun mampu seperti itu, ketika kita sebagai pribadi masih selalu mengingat orang-orang yang pernah hadir dan mengisi hidup kita.
Tuhan Yesus, bantulah aku untuk selalu memanggil dan berdoa atas nama-Mu, supaya Engkau pun selalu ingat akan aku, hamba-Mu yang hina ini. Amin.