HARI RAYA KABAR SUKACITA (P)
Bacaan I: Yes. 7:10.8:10
Mazmur: 40:7–8a.8b–9.10.11 R:8a.9a
Bacaan II: Ibr. 10:4–10
Bacaan Injil: Luk. 1:26–38
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata, ”Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, ”Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu, ”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, ”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria, ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Renungan
Hari ini adalah Hari Raya Kabar Sukacita. Kabar keselamatan yang diberikan oleh Gabriel kepada Maria yang akan mengandung Yesus. Bagi Maria, kabar ini adalah kabar yang membingungkan dan membuat takut. Ia tidak berbahagia seperti yang kita pikirkan. Kebahagiaannya adalah kebahagiaan dalam iman. Lebih dalam dari sekadar perasaan senang dan gembira. Ia mengalami sukacita karena Tuhan memberinya kesempatan untuk bekerja sama membawa keselamatan dalam dirinya. Imanuel hadir dalam pribadi manapun, bahkan yang kecil dan sederhana seperti Maria.
Apakah kita berani menjadi seperti Maria yang menyembah Tuhan dalam kehendak bebasnya? Dengan kehendak bebas, kita kadang menolak menerima beban hidup dan tanggung jawab iman, mempunyai pasangan yang kurang setia, anak yang nakal, atau pekerjaan yang tidak berhasil, membuat kita kurang percaya pada Tuhan. Jika kita mau menyelesaikan persoalan hidup, yang terbaik adalah bekerja sama dengan Tuhan dan menerima proses pertumbuhan dengan sabar dan percaya. Jika kita dekat dengan Tuhan, maka kita pun dapat berkata, ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Ya Bapa, berilah aku iman seperti Maria, yang tangguh dalam menghadapi persoalan, yang berani menyerahkan persoalan kepada-Mu dan bekerja sama dengan-Mu untuk bergumul dalam iman. Amin.