Pengajar Kitab Suci dari Lembaga Biblika Indonesia (LBI) Jakarta Pastor Robby Wowor OFM mengatakan, usia manusia ada batasnya. “Artinya manusia secara lahiriah tidak untuk selamanya ada di dunia fana ini, melainkan ada waktu berpisah. Kehidupan manusia dilanjutkan setelah manusia lepas dari badannya. Manusia melepaskan diri dari badan kemudian rohnya masuk dalam kehidupan kekal.”
Pastor Robby Wowor OFM berbicara di depan sekitar 200 peserta talkshow bertema “Pro Life for A Reason” di aula Katedral Jakarta Pusat, 21 Februari 2015. Talkshow yang diselenggarakan oleh peserta Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) angkatan ke-24 itu dihadiri umat dari berbagai paroki di Jakarta.
Menurut imam itu, usia panjang dan pendek keduanya rahmat Tuhan. “Sesungguhnya Tuhan sangat mencintai orang muda yang mengalami kematian, agar dunia yang dikenal sangat ‘jahat’ tidak terkontaminasi dengan kehidupan orang itu. Usia panjang adalah juga rahmat dari Allah sendiri yang melihat kesetiaan iman orang itu. Artinya usia panjang atau pendek sama-sama positif.”
Imam itu juga menegaskan bahwa setiap manusia memiliki visi hidup yang berbeda-beda dan Tuhan terus-menerus berkarya dalam kehidupan manusia. “Jika manusia memiliki visi, Allah memiliki misi terhadap manusia. Bahkan, misi Allah bagi manusia itu sangat misteri.”
Pastor Robby Wowor lalu mengisahkan jalan hidupnya sendiri dengan mengenang 35 tahun silam, saat dia memutuskan bergabung dalam Ordo Fransiskan, meski tidak seorang pun dalam keluarganya merestui keinginannya itu.
Dia bercerita bahwa dorongan panggilan yang sangat kuat mendorong dia keluar dari rumah dan menuju Stasiun Gambir, Jakarta, dengan hanya menenteng sebuah kardus bekas supermi. Kereta api membawa dia ke Yogyakarta, meninggalkan rumahnya di Bogor beserta keluarga. Semula, rumah itu dihuni 16 anak lelaki, namun satu per satu mereka meninggalkan rumah itu dan memilih menetap di luar negeri.
Maka, Ekonom OFM itu mengaku sebagai satu-satunya anak yang selalu datang melihat ibu dan dua saudaranya yang sudah tua renta tak berdaya. “Setiap kali saya datang untuk sekedar menghibur dan menjenguk mereka.” Dengan kalimat itu, Pastor Wowor mau mengatakan bahwa Tuhan terus bekerja dalam diri setiap manusia. “Saya bersykur karena meskipun sibuk sebagai imam, saya punya waktu luang untuk sekedar melihat, menjenguk dan memberikan perhatian.”
Pembicara lain, dr Damianus Gunawan HT menjelaskan tentang aborsi dan euthanasia yang menjadi fenomena hangat akhir-akhir ini setelah adanya pro-kontra aborsi dan euthananasia. Menjawab pertanyaan peserta sehubungan kasus aborsi, dokter itu menegaskan bahwa aborsi adalah tindakan yang dilarang dalam Gereja Katolik.
Maka pemilik sebuah klinik di BSD Tangerang itu menganjurkan agar aborsi tidak dilakukan tapi datang mencari solusi lain lewat lembaga atau kongregasi yang membantu mencegah aborsi seperti Susteran Gembala Baik atau Yayasan Angela Abidin. “Artinya, dengan tindakan konseling nyawa anak bisa diselamatkan,” katanya.
Dokter Gunawan sependapat dengan Pastor Robby Wowor OFM bahwa pada prinsipnya Gereja Katolik menolak aborsi dan euthanasia. Maka kedua pembicara itu tidak membenarkan dua hal itu sekalipun pemerintah melalui peraturannya seakan menyetujui.
Berbagai pertanyaan muncul ketika dalam sesi tanya jawab. Salah satu di antaranya tentang doktrin tentang humaniora. Pastor Robby Wowor mengatakan, hukuman mati yang pernah diberlakukan dalam Gereja Katolik tidak lagi sesuai zaman. “Gereja memandang kematian adalah hak Tuhan bukan manusia. Maka saat ini jika diberlakukan hukum mati, itu melanggar hak asasi manusia. (Konradus R Mangu)
Foto dokter Gunawan HT, Pastor Robby Wowor OFM, dan Vivi Sutjahja sebagai moderator