Pekan Biasa III (H)
St. Gerardus; Sta. Maria Ward;
Bacaan I: Ibr. 10:32-39
Mazmur: 37:3-4.5-6.23-24.39-40; R:39a
Bacaan Injil: Mrk. 4:26-34
Pada suatu ketika Yesus berkata: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” Kata-Nya lagi, ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Renungan
Suatu saat saya mengikuti retret yang disebut retret Kerajaan Allah. Para peserta selama tiga malam tinggal di rumah penduduk dan mengikuti ritme hidup tuan rumah. Saya tinggal dalam keluarga petani sangat sederhana. Waktu itu musim panas, tetapi petani itu tetap menanam ubi jalar di tegalan yang sudah dicangkulnya. Saya bertanya: ”Musim panas seperti ini kok tanam ubi, apakah tidak mati?” Jawabnya: ”Saya ini kan petani, bisanya hanya menanam! Tuhanlah yang memberi hidup dan pertumbuhan…!”.
Petani itu mempunyai keyakinan bahwa Tuhan akan memberi kehidupan pada ubi yang ditanamnya. Itulah iman. Itulah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah Allah yang hidup, berkarya dan meraja. Dia bekerja dalam diri petani tadi, sehingga ia tabah, tekun dan sabar. Allah juga bekerja dengan lembut, pelan dan tak kentara, tetapi memiliki daya tumbuh dalam ubi jalar dan makhluk lain.
Allah adalah the inner power dalam hidup kita seperti daya yang membuat biji itu hidup, tumbuh, dan menghasilkan buah melimpah. Maka ”kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup” (Ibr. 10:39).
Bapa yang penuh kasih, puji syukur bagi-Mu karena Engkau senantiasa hadir, menghidupi dan membaharui hidupku. Ajarilah saya untuk senantiasa taat kepada-Mu. Amin.