Hari masih pukul 6.00, namun ratusan masyarakat dari wilayah Paroki Katedral Santa Maria Immaculata, Atambua, sudah berkumpul di sebuah halaman rumah di Kuneru, guna menerima pengobatan massal yang dilakukan oleh kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS, Servarum Spiritus Sancti) Provinsi Timor, dalam menyambut ulang tahun ke-125 SSpS sejagat.
Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu dan dengan dukungan Kepala Paroki Katedral Atambua, pengobatan gratis untuk keluarga miskin itu berlangsung tanggal 3 Desember 2014, sedangkan HUT ke-125 SSps sejagat dirayakan tanggal 12 Desember 2014.
“SSpS Provinsi Timor terpanggil untuk mengajak masyarakat miskin di kota Atambua untuk menerima pengobatan massal dan sekaligus bersama SSpS merayakan 125 tahun SSpS sejagat,” kata Suster Venidora SSpS yang bertugas sebagai koordinator lapangan pelayanan kemanusiaan itu.
“Kami sangat senang karena masyarakat begitu antusias dan mau berobat secara gratis bersama kami. Sebelumnya kami sempat kuatir bahwa pengobatan massal ini akan terhalang karena kota Atambua diapit oleh RSUD Monsinyur Gabriel Manek SVD, RS Sito Husada, RS Tentara, Puskesmas Kota, dan Puskesmas Haliwen. Tetapi keraguan kami terjawab dengan hadirnya ratusan masyarakat miskin yang masih sangat membutuhkan pelayanan kami. Ini berkat campur tangan Tuhan Yesus, Bunda Maria, doa Santo Arnoldus Janssen dan kerjasama yang baik dari semua pihak,” jelas suster itu.
Kepala Paroki Santa Maria Immaculata Atambua Pastor Stefanus Boi Sala Pr mengatakan, “Orang-orang miskin harus selalu mendapat perhatian Gereja dan tarekat religius yang berkarya di keuskupan ini. Mereka harus selalu disapa dengan berbagai cara agar tidak selalu merasa kesepian. Sudah saatnya Gereja lokal memperhatikan dan memberdayakan orang miskin.”
Sementara itu, Ijack, warga eks pengungsi Timor Timur yang datang membawa anak-isterinya mengatakan “merasa senang karena kami masih diberi perhatian dengan pengobatan gratis atau pengobatan massal ini.”
Terkadang, lanjutnya, orang miskin mengeluh karena biaya pengobatan di RSUD dan Puskesmas teramat mahal. “Sekiranya kami berharap agar kegiatan semacam ini harus terus digalakkan, agar kami orang-orang kecil dan miskin ini terbantu. Jangan hanya adakan di saat-saat tertentu saja,” harap Ijack. (Felixianus Ali)