Mengupayakan persatuan umat Kristen tetap menjadi prioritas Gereja Katolik dan itu merupakan salah satu dari urusan sehari-hari dari Paus Fransiskus, seperti yang dikatakan dalam pesannya kepada anggota-anggota Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristen yang ikut dalam sidang pleno di Vatikan, 20 November 2014.
Pertemuan itu juga mencakup peringatan publik Ulang Tahun ke-50 dekrit Konsili Vatikan II berjudul ‘Unitatis Redintegratio‘ yang dilakukan di Universitas Gregoriana keesokan harinya. Dokumen itu menandai dimulainya era baru hubungan Gereja Katolik dengan umat Kristen dari semua denominasi yang berbeda.
Menurut laporan Philippa Hitchen dari Radio Vatikan, dalam pertemuan dewan, yang dipimpin Kardinal Kurt Koch, sudah dibagikan surat dari Paus Fransiskus yang mencatat berbagai ajaran Konsili Vatikan II, yang terkandung dalam ‘Unitatis Redintegratio’, serta dua teks eklesiologis lain yakni ‘Lumen Gentium’ dan ‘Orientalium Ecclesiarum.’
Dalam surat itu Paus menegaskan bahwa permusuhan dan ketidakpedulian di masa lalu yang menyebabkan luka-luka mendalam di kalangan umat Kristen, “telah memberikan jalan untuk proses penyembuhan yang memungkinkan kita untuk dengan senang hati menerima orang lain sebagai saudara dan saudari, yang bersatu dalam baptisan kita yang sama.”
Mentalitas yang berubah ini, kata Paus, harus semakin dalam menembus ajaran-ajaran teologis dan praktek pastoral dari keuskupan, lembaga hidup bakti, asosiasi-asosiasi dan gerakan-gerakan gerejawi. Ulang tahun ini, lanjut Bapa Suci, juga memberi kesempatan untuk “bersyukur kepada Tuhan bahwa sekarang kita bisa menghargai segala yang baik dan benar dalam kehidupan umat-umat Kristen yang berbeda.”
Paus Fransiskus berterima kasih kepada semua orang yang, selama setengah abad terakhir, telah merintis proses rekonsiliasi ini. Paus juga menyebut peran penting terjemahan ekumenis Kitab Suci dalam mengembangkan kerjasama yang lebih erat di antara umat Kristen.
Namun, di saat bersyukur, kata Paus, umat Kristen harus juga menerima perpecahan terus-menerus dan isu-isu etika baru yang menyulitkan perjalanan menuju persatuan di dalam Kristus. “Bukannya pasrah kepada kesulitan-kesulitan, tetapi kita harus terus percaya kepada Allah yang menanam benih-benih cinta di hati semua umat Kristen.”
Akhirnya, Paus Fransiskus menyerukan komitmen baru untuk ekumenisme spiritual dan penemuan kembali kemartiran Kristen bersama. “Ekumenisme rohani adalah jaringan global saat-saat doa bersama, gerakan amal kasih bersama dan refleksi bersama di web yang bertiup laksana oksigen, ikut menumbuhkan pemahaman, rasa hormat dan saling menghargai.”
Paus juga menegaskan bahwa para martir terus bermunculan saat ini, di mana saja saudara-saudara kita mengorbankan hidup demi iman mereka, “karena mereka yang menganiaya para pengikut Kristus tidak membedakan antara pengakuan iman Kristen yang berbeda.”
Dalam banyak perjumpaan dan atau korespondensi dengan umat Kristen lainnya, kata Paus Fransiskus, “saya melihat keinginan kuat untuk berjalan dan berdoa bersama, untuk mengenal dan mencintai Tuhan, dan untuk bekerja sama dalam melayani yang lemah dan yang menderita.”
Dalam perjalanan bersama itu, kata Paus, “saya yakin bahwa di bawah bimbingan Roh Kudus, kita bisa belajar satu sama lain dan tumbuh ke dalam persekutuan yang sudah menyatukan kita.” (pcp dari radio Vatikan).