Forum Katolik-Muslim mengakhiri seminar tiga hari, 11-13 November 2014 di Roma dengan mengeluarkan pernyataan akhir yang “mencela tindakan terorisme, penindasan, kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah, penganiayaan, penodaan tempat-tempat suci, dan penghancuran warisan budaya.”
Tema yang pilih sebagai topik utama pembahasan mereka adalah “Bekerja Bersama untuk Melayani Orang Lain.” Tiga isu tertentu yang dibahas dalam makalah kedua belah pihak adalah bekerja sama untuk melayani orang-orang muda, meningkatkan dialog antaragama, dan pelayanan bagi masyarakat.
Delegasi Katolik dipimpin oleh Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (DKDA), dan delegasi Muslim dipimpin oleh Seyyed Hossein Nasr, Profesor Studi Islam di Universitas George Washington, Washington DC, Amerika Serikat. Delegasi Muslim juga diikuti oleh Prof M Din Syamsuddin, Presiden Muhammadiyah dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Koordinator pihak Muslim, Pangeran Ghazi bin Muhammad dari Yordania, tidak bisa hadir karena alasan kesehatan.
Kedua delegasi mengakui banyaknya contoh kerja sama aktif antara Katolik dan Muslim di seluruh dunia dalam usaha-usaha pendidikan, amal kasih, dan bantuan. Setelah presentasi makalah dan diskusi yang terjadi dalam suasana ramah dan persaudaraan, para peserta menyepakati bahwa pertemuan mereka berlangsung di saat terjadi ketegangan dan konflik hebat di dunia. Maka, mereka menggarisbawahi betapa pentingnya peningkatan pelayanan dan kerja sama.
“Dalam konteks ini, para delegasi dengan suara bulat mencela tindakan terorisme, penindasan, kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah, penganiayaan, pencemaran tempat-tempat suci, dan perusakan warisan budaya. Itu tak pernah diterima menggunakan agama untuk membenarkan tindakan-tindakan itu seperti itu atau untuk menghubungkan tindakan itu dengan agama,” tegas mereka.
Kesepakatan kedua tentang pendidikan orang muda, baik dalam keluarga, sekolah, universitas, gereja atau masjid, yang mereka amati sebagai sesuatu yang paling penting demi meningkatkan identitas sempurna demi mengembangkan rasa hormat terhadap yang lain. “Untuk tujuan ini, kurikulum sekolah dan buku-buku pelajaran hendaknya menggambarkan wajah obyektif dan hormat terhadap yang lain.”
Peserta juga menegaskan pentingnya budaya dialog antaragama demi memperdalam saling pengertian. “Ini diperlukan guna mengalahkan prasangka, distorsi, kecurigaan, dan generalisasi yang tidak pantas, yang semuanya merusak hubungan damai yang kita semua upayakan,” mereka sepakat.
Rasanya, kata mereka dalam poin keempat kesepakatan itu, dialog harus mengarah pada aksi, terutama di kalangan anak muda. Peserta mendorong umat Katolik dan Muslim untuk memperbanyak peluang-peluang perjumpaan dan kerjasama dalam proyek-proyek bersama demi kebaikan bersama.
Dalam audiensi 12 November 2014, Paus Fransiskus menyalami semua peserta, seraya mendorong mereka untuk melanjutkan langkah dialog Kristen-Muslim. Dengan gembira pula Paus mengamati komitmen bersama mereka pelayanan tanpa pamrih dan tanpa kepentingan pribadi bagi masyarakat. Para peserta pun mengungkapkan kepuasan mereka atas perjumpaan yang berbuah itu. (pcp berdasarkan laporan Zenit.org dari Kota Vatikan)
Keterangan foto: Mufti Muslim Bosnia, Mustafa Ceric, menyambut Paus Benediktus XVI dengan tepukan tangan saat memasuki Aula Clementinus di Vatikan tanggal 6 November 2008, saat Forum Katolik-Muslim pertama berlangsung di Vatikan. Dalam sambutannya di akhir tiga hari forum itu, Paus menekankan pentingnya kebebasan beragama dengan mengatakan “Pemimpin politik dan agama bertugas menjamin kebebasan suara hati dan kebebasan beragama dari setiap pribadi.” (Foto oleh Osservatore Romano/AFP/Getty Images).