Dalam menerapkan Kurikulum 2013, guru Katolik harus menguasai seluk beluk teknologi dan informasi, kata anggota Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (Komkat KWI), Lorensius Atrik Wibawa dalam Talk Show Pembelajaran Kurikulum 2013.
Guru Katolik harus kreatif menciptakan kondisi kelas yang kondusif sehingga peserta didik senang dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK), dan guru yang tidak terampil menggunakan internet, lanjutnya, menerapkan pembelajaran konvensional, “sementara yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah kreativitas guru dalam mengembangkan kemampuan anak dalam Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba dan Membuat jejaring (5M).”
Sebanyak 50 guru PAK yang bertugas di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan mengikuti talk show yang diselenggarakan oleh Bimas Katolik dari Kemenag Banten, di Hotel Paragon, Tangerang, 24-25 Oktober 2014.
Kurikulum 2013 yang diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 sesungguhnya adalah penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), jelas Atrik. Tapi, “Kurikulum 2013 lebih menekankan pendekatan 5 M.”
Pendekatan saintifik, menurut Atrik, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan tahapan katekese yang dilakukan selama ini, karena proses serupa telah dilakukan dalam pelaksanaan katekese umat, hanya yang membedakan adalah menanya.
“Selama ini yang menanya adalah guru, namun dalam pendekatan Kurikukulm 2013 siswa-siswi diharapkan memiliki kemampuan bertanya dengan baik,” kata Atrik seraya menegaskan bahwa kurikulum baru itu tidak sulit dilaksanakan oleh guru agama Katolik.
Pelaksanaan kurikulum ini membuat guru menggunakan lebih banyak waktu untuk melengkapi perangkat pembelajaran, tegasnya seraya menekankan penilaian yang sangat rumit terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik. Maka, sesuai anjuran Komkat KWI, lanjut Atrik, guru harus terus-menerus belajar dan “sebaiknya menguasai ilmu dan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan terhadap anak agar suka PAK.”
Pengajar di SMP Permata Bunda Depok itu mengatakan, sejak Kurikulum 2013 digulirkan , ia bersama seorang teman melakukan Bimbingan Teknis di sejumlah daerah dan merekam banyak kesulitan misalnya keterlambatan buku yang dikirim ke sekolah, banyaknya tugas administrasi yang perlu dikerjakan guru, serta rumitnya melakukan penilaian terhadap peserta didik.
Lasito, pengajar di sekolah Katolik Maria Mediatrik Tangerang mengemukakan kesulitan implementasi Kurikulum 2013 karena sebagian besar waktu dipakai untuk melakukan proses penilaian anak didik.
Kakanwil Kemenag Banten Moh Agus Salim mengatakan, guru yang hebat adalah guru yang melakukan inovasi dalam tugas termasuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada anak. “Sebagai guru agama Katolik, jadilah guru yang baik, memberikan keteladanan bagi anak-anak yang dididik,” pintanya.
Pembimas Katolik Banten Stanislaus Lewotobi mengatakan, guru-guru Katolik harus meniru guru sejati, Yesus Kristus, yang tidak putus asa kendati menghadapi kesulitan. (Konradus R Mangu)
Keterangan foto: Lorensius Atrik W