Anggota Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta (Komdik KAJ), Ignatius Budi Santoso, meminta agar guru-guru Katolik tidak terlena dengan kejayaan sekolah Katolik yang dulu dikenal memiliki kualitas yang baik, namun mendorong lembaga pendidikan Katolik yang berkualitas untuk mempertahankan dan bila perlu meningkatkan kualitas itu.
Budi Santoso berbicara dalam talk show di aula Paroki Santo Gregorius Agung, Kutabi, Tangerang, yang berlangsung dua hari, 23-24 Agustus 2014. “KAJ melalui Komdik KAJ sangat mendukung seluruh kegiatan guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan serta terus-menerus, meningkatkan mutu pelayanan baik dan lebih prima,” jelasnya.
Bukti dukungan itu, jelasnya, adalah pembangunan gedung Sentra Belajar Guru (SBG) di Bekasi. “Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo melalui Komdik KAJ secara terus-menerus menyelenggarakan pelatihan bagi para guru Katolik dari setiap dekenat guna mengajak mereka untuk terus belajar,” kata Budi Santoso. KAJ memiliki delapan dekenat : Tangerang, Bekasi, Jakarta Barat I, Jakarta Barat II, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat.
Pegiat Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu juga mencatat bahwa saat ini sekolah-sekolah lain lebih “cepat lari” daripada sekolah-sekolah Katolik. “Karena itu para guru sekolah Katolik diharapkan terus-menerus belajar melalui berbagai pelatihan.”
Pembina SBG itu lebih lanjut mengatakan bahwa lembaga itu merupakan jawaban atas kegelisahan para guru Katolik yang mengabdi di sekolah-sekolah Katolik dan non-Katolik di Jakarta. “Melalui pelatihan, seminar, dan diskusi di SBG, para guru Katolik meningkatkan kualitas diri serta membagikan pengalaman positif kepada sesama guru Katolik lainnya,” jelasnya.
Dengan pelatihan bertajuk “Strive For Excellence,” yang terinspirasi dari buku “The Seven Habits of Highly Effective People,” diharapkan para guru Katolik mempunyai paradigma berpikir yang benar bahwa kehidupan pribadi, profesional, serta pelayanan umat mesti dijalankan dengan seimbang dan dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Hampir setiap bulan talk show dan seminar dilakukan untuk para guru Katolik. ”Saya berharap agar pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di setiap dekenat bisa memberikan pembekalan bagi para guru,” kata kepala sekolah SMK Strada Jakarta itu.
Seorang pengajar Katolik di sebuah sekolah swasta, Rosalia Ruwiyani, berharap agar pelatihan itu tidak dilaksanakan setiap hari Sabtu, karena pada hari itu masih banyak guru Katolik harus menjalankan tugas rutin mengajar. (Konradus R. Mangu)