Selain menerima beasiswa, penerima Beasiswa Keluarga Dominikan Indonesia atau Anak-Anak Dominikan mendapatkan pembinaan berkelanjutan termasuk rekoleksi baru-baru ini di Wisma Yohanes, Trawas, Mojokerto, yang memotivasi mereka untuk hidup sukses.
Sylvia Widia Fransisca melaporkan, selain menanamkan nilai spiritual, rekoleksi dengan pemateri Sylvia Widia Fransisca“mampu membuat peserta merubah diri, lebih termotivasi, dan percaya diri terhadap kesuksesan.”
Mereka membagikan pandangan dan pengalaman kesuksesan dalam strategi “5 Pilar Kesuksesan,” yakni bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, tidak ada kegagalan dalam kehidupan, ada niat baik dalam setiap perilaku manusia, setiap perilaku manusia mempunyai realitas internal, dan Tuhan tidak akan mengubah nasib jika manusia tidak mau mengubahnya lebih dahulu.
Selain game penghilang rasa lelah, 28 Anak-Anak Dominikan dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikan arti beasiswa, komitmen dan penerapan komitmen. “Diskusi benar-benar luar biasa sehingga kami mengerti arti dari komitmen untuk kesuksesan,” kata Sylvia.
Mereka belajar menghilangkan hambatan dalam meraih sukses dengan cara melampiaskan dan memaafkannya. “Sebelum doa malam dan istirahat, kami merefleksikan apa yang ingin kami capai lima tahun ke depan dengan cara solo night atau sendiri-sendiri di alam terbuka ditemani lilin menyala.”
Mereka menyambut hari kedua dengan bersama-sama merapikan gereja yang mereka gunakan untuk Perayaan Misa, kemudian “semua pengurus, pembina dan peserta berkumpul, berpelukan dan berangkulan satu sama lain untuk saling menguatkan dan meminta maaf.” Pastor Andreas Kurniawan OP memimpin Misa.
Selesai Misa, peserta berkumpul di alam terbuka belakang gereja untuk menghilangkan mental block atau segala keraguan yang menghambat pencapaian kesuksesan. “Moment tak terbayangkan. Kami merasa lega ketika lepas dari mental block.”
Selain mendengar sifat-sifat orang sukses, mereka mengembangkan skill dan strategi pencapaian goal dengan membuat rumah-rumahan dari bahan-bahan yang ada di pekarangan gereja. Berbekal gunting, lem dan benang, peserta membuat rumah-rumahan selama satu jam.
Setelah mendapatkan kekuatan, keyakinan dan pengetahuan tentang the success power, mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) Surabaya itu membuat pernyataan misi pribadi untuk lima tahun.
“Yang paling menyenangkan adalah game yang menantang peserta mencapai kesuksesan. Game itu terdiri dari empat pos: melewati rintangan, fokus dan ketelitian, kebersamaan dan saling membantu, serta strategi meraih kesuksesan,” kata Sylvia.
Di hari terakhir mereka merefleksikan kesalahan karena melupakan komitmen dan tanggung jawab, tetap mau berada di zona nyaman, dan lupa waktu sehingga materi tertunda. Menyadari kesalahan, mereka meminta maaf dan berkomitmen untuk berubah.
Setelah diajarkan berbagi kasih, Anak-Anak Dominikan saling mendoakan, saling memberi dukungan dan bersyukur kepada Allah, dan diteguhkan dengan kalimat “I will fight, until I will win.”
Selain berdoa dan belajar tentang strategi kehidupan, rekoleksi 28-30 Juni 2014 itu tidak hanya memberi motivasi, tapi teguran, keyakinan, dukungan, nasehat, dan kepercayaan untuk mencapai tujuan. “Banyak hal saya lewati. Saya bangga dan senang jadi anggota keluarga Dominikan.”
Teman-temannya juga berbagi kesan. Menurut Listiari, acaranya luar biasa, dahsyat, dan sangat bermanfaat untuk merubah diri menjadi berkat dan untuk mencapai kesuksesan. “Semoga kobaran api semangat ini terus sampai akhir hidup saya dan hidup kita semua.”
Selain belajar bahwa seseorang harus pintar dan berusaha menjadi sukses, dia juga belajar tentang disiplin diri, hukum tabur-tuai, kemandirian, kebajikan, dan percaya diri.“Saya percaya semua yang ditaburkan akan berguna,tidak akan sia-sia.Kami pasti berubah, berbuah, berhasil sampai garis finish.”
Pembinaan itu, menurut Ellis Kristiani, seru, menarik, menantang, lain dari yang lain, serta mempunyai makna dan tujuan yang baik dan mulia, “karena mengajarkan kita cara-cara meraih cita-cita dan tujuan hidup, menjadi orang sukses, melawan rasa ketakutan dan meninggalkan zona nyaman.”
Nur Acni mengakui, yang lain dalam pembinaan ini adalah hantaman hebat dalam hatinya untuk maju, berlari dan menang. “Perlahan saya merasakan bahwa dalam diri saya ada komitmen dan kedisiplinan. Saya sudah membuktikannya meski baru 70%, tapi akan saya tingkatkan, karena saya pemenang.”
Jean belajar menormakan nilai-nilai atau pemikiran positif dalam dirinya dengan belajar bertanggung jawab, on time, dan percaya diri. “Saya belajar untuk jujur, berani bangkit dan semangat berjuang.”
Menurut Pepi, rekoleksi itu cocok sebelum UAS sehingga motivasi yang menurun kembali berkobar. Mengapa? “Karena dari sekian banyak rekoleksi yang pernah saya ikuti, jujur ini yang paling berkesan.”
Selain lokasi lebih indah,lanjutnya, rekoleksi itu berhasil membuat mereka semakin kompak, “dan banyak yang merasa beban hidupnya menjadi ringan dengan terapi refleksi diri, apalagi rekoleksi ini banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam benak saya.”
Tika beruntung telah dibimbing oleh para trainer luar biasa. “Saya jadi tahu bahwa sikap jujur dan memaafkan dapat membuat saya meraih tujuan. Saya jadi tahu bahwa dengan menjaga komitmen, saya mampu meraih tujuan. Saya mendapatkan pelajaran-pelajaran yang membantu hidup saya, seperti menghancurkan mental block dan menghilangkan ketakutan.”(ditulis oleh Paul C Pati berdasarkan tulisan dari Sylvia Widia Fransisca)