Sejak Santo Petrus hingga Paus Fransiskus, Gereja Katolik sudah memiliki 266 paus. Dari jumlah itu,78 diantaranya diakui sebagai orang kudus atau santo. Tanggal 27 April 2014, jumlah itu menjadi 80 setelah Beato Yohanes XXIII dan Beato Yohanes Paulus II dikanonisasi.
Paus-paus di awal Gereja mati sebagai martir, tanda yang jelas bagi Gereja Katolik untuk mengakui kesucian mereka. Namun, ketika penganiayaan terhadap Gereja berakhir, semakin sedikit paus yang mendapat gelar sebagai Santo.
Selama 701 tahun terakhir, dan hingga 27 April 2014, hanya empat Paus yang dinyatakan sebagai santo.
Berikut ini PEN@ Indonesia mengangkat Top 10 Paus yang paling menarik yang digelari santo, seperti yang ditulis oleh Emily Antenucci dari Catholic News Service (CNS).
1. Santo Petrus. Pertama kali dia bernama Simon. Dia adalah orang pertama yang menyebut Yesus sebagai Kristus, Anak Allah yang hidup. Kualitas khususnya di dalam Injil-Injil untuk “memberi makan domba-domba” Kristus membantu membentuk misinya untuk mewartakan, melindungi dan memelihara iman. Dia juga dianggap sebagai Paus pertama. Tradisi awal mengatakan bahwa dia disalibkan di kaki Bukit Vatikan di pertengahan tahun 60-an di masa pemerintahan Kaisar Nero. Dia mati sebagai martir karena iman dan pengajaran Kristennya. Makamnya diyakini ditemukan di bawah Basilika Santo Petrus.
2. Santo Soter. Dia adalah Uskup Roma dari sekitar tahun 167 hingga kematiannya sekitar tujuh tahun kemudian. Diyakini bahwa Santo Soter secara resmi memperkenalkan perayaan Paskah tahunan di Roma.
3. Santo Fabian. Paus dari tahun 236 hingga 250 ini terkenal karena sifat pemilihannya yang menakjubkan. Menurut cerita, saat pemilihannya, seokor burung merpati turun di kepalanya untuk menandai dia sebagai pilihan yang tak terduga dari Roh Kudus untuk menjadi paus berikutnya.
4. Santo Damasus. Paus ini dilahirkan di Roma dan menjabat sebagai Paus dari tahun 366 hingga 384. Kepausannya bertepatan dengan berdirinya agama Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi di tahun 380. Dia adalah pendukung setia dari keutamaan Uskup Roma sebagai penerus langsung dari Petrus. Dikatakan bahwa dia yang menetapkan bahasa Latin sebagai bahasa liturgi standar di Roma.
5. Santo Leo Agung. Dia lahir dengan nama Leo, yang terus dia gunakan sebagai namanya saat menjadi Paus. Paus yang berkarya sejak tahun 440 hingga 461 itu adalah Paus pertama yang disebut “Agung.” Dia juga digelari sebagai Doktor Gereja. Dia menegaskan posisi Gereja pada inkarnasi Kristus — bahwa Kristus adalah ilahi dan dan juga manusiawi. Dia terkenal karena telah bertemu dengan Attila sang Hun (raja terakhir dan paling berkuasa di Eropa) di tahun 452 dan membujuknya untuk kembali dari invasi Italia.
6. Santo Gregorius Agung. Dia adalah paus dari tahun 590 hingga 604 dan adalah Paus kedua yang disebut “Agung” setelah Leo. Ibunya serta dua tantenya juga dikanonisasi sebagai orang kudus. Maka dia dianggap sebagai “orang kudus di antara orang-orang kudus.” Dia pernah menjadi rahib dan tidak ingin menjadi paus. Dia sering mengeluhkan tugas barunya sebagai Paus karena harus “bersabar atau bersikap toleran dengan bisnis sekuler” dan tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan biara yang damai dan kontemplatif. Meskipun demikian, ia memberi penekanan keras pada kesederhanaan dan amal kasih serta menyumbangkan makanan bagi orang-orang miskin Roma serta mengundang orang-orang miskin untuk makan bersama dia setiap hari.
7. Santo Nicholas I Agung. Dia adalah Paus dari tahun 858 hingga 867. Dia adalah paus ketiga dan terakhir yang menerima gelar “Agung.” Dia berupaya memperkuat otoritas kepausan dan menolak siapa pun memiliki hak untuk melengserkan uskup tanpa otoritas kepausan. Dia kukuh menegakkan hukum perkawinan dan mendesak para uskup untuk menggunakan tugas mereka mengucilkan raja Katolik yang meninggalkan pasangannya untuk kawin lagi dengan wanita lain. Dia sungguh mendukung kebebasan untuk menikah dan tidak mendukung beberapa uskup saat mereka mengekskomunikasikan seorang wanita kerajaan lain karena kawin tanpa persetujuan ayahnya.
8. Santo Gregorius VII. Dia adalah Paus dari tahun 1073 hingga 1085. Dia memberlakukan banyak reformasi seperti membalikkan berabad-abad kontrol sipil terhadap urusan Gereja dan memberikan kepada Paus dari Roma kedaulatan penuh atas semua urusan Gereja di Barat. Dia mempromosikan keuskupan dan imamat yang lebih suci dan menentang simoni atau praktik jual-beli jabatan di dalam Gereja. Dia memperkenalkan undang-undang yang terkunci di dalam ketaatan hidup selibat, meskipun sering muncul perdebatan atas masalah itu. Dia memutuskan ritus Romawi untuk seluruh Eropa dan menetapkan 1 November sebagai Hari Raya Semua Orang Kudus. Dia mencabut ekskomunikasi terhadap Kaisar Henry IV di tahun 1077 setelah kaisar itu sunguh-sungguh melakukan penebusan dosa secara terbuka dengan berjalan tanpa alas kaki di salju.
9. Santo Selestinus V. Dia adalah seorang biarawan dan pertapa Benediktin yang mengundurkan diri dari kepausan hanya beberapa bulan setelah terpilih di tahun 1294 karena ingin kembali ke kehidupan monastik yang hina. Dia mengeluarkan bulla kepausan yang mengartikulasikan bahwa seorang paus bisa mengundurkan diri dan membuat peraturan untuk turun tahta. Paus Benediktus XVI, paus berikut dalam sejarah yang secara sukarela mengundurkan diri di tahun 2013, menempatkan Pallium yang dia terima saat terpilih tahun 2005 di atas makam Santo Selestinus V di L’ Aquila, Italia, tanggal 28 April 2009, dan meninggalkan Palium itu di situ sebagai hadiah.
10. Santo Pius X. Dia terpilih sebagai Paus tahun 1903 dan melayani sampai kematiannya di tahun 1914. Dia memperkenalkan kesalehan yang lebih besar di antara umat beriman, mendorong umat untuk sering menerima Sakramen Tobat dan Ekaristi, serta dengan tegas meminta agar bersikap sopan selama perayaan Misa. Dia menyoroti keindahan dan kelayakan lagu Gregorian, mementang penggunaan gaya musik populer serta mendorong upaya-upaya untuk memastikan bahwa umat beriman bisa berpartisipasi aktif dalam Misa dengan menyanyi. Dia mereorganisir Kuria Romawi dan mendirikan kongregasi kardinal untuk menyusun Hukum Kanonik. Dia mampu melakukan penyelidikan ilmiah dan merancang jam matahari atau sundial. Namun, ketika diberi mobil kepusan yang pertama di tahun 1909 oleh Uskup Agung New York (saat itu) Mgr John M. Farley, Paus tidak pernah menggunakannya dan tetap lengket dengan kudanya dan dengan kereta kuda landau.(pcp)