Setiap tahun dramatisasi Jalan Salib Hidup Oikumene (JSHO) yang melibatkan kaum muda Katolik dan Protestan dipentaskan di Kota Ambon. Menanggapi pementasan tahun 2014, Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC mengatakan bahwa JSHO tidak berguna kalau hanya sekedar sandiwara atau pertunjukan tetapi tidak membuat perubahan, pembaharuan dan pertobatan.
Dalam sambutan sebelum pementasan JSHO tanggal 19 April 2014 itu Mgr Mandagi mengajak umat Kristen yang menyaksikan dramatisasi itu untuk mengubah diri menjadi orang baik. “Seperti dicontohkan Yesus, orang baik berarti lembut terhadap sesama, suka mengampuni, tidak kasar dan balas dendam. Sungguh menyakitkan bila kita mendengar orang Kristen saling balas dendam.”
Mgr Mandagi juga menegaskan bahwa konflik horizontal antarwarga desa beragama Kristen sejatinya melawan kekristenan itu sendiri.
Dramatisasi tahunan JSHO 2014 digelar oleh Paroki Santa Maria Bintang Laut (MBL) Ambon, demikian laporan dari Komsos Keuskupan Amboina seperti yang dikirim oleh Pastor Theo Awelwatin ke page facebook Keuskupan Amboina. Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa dramatisasi itu melibatkan Orang Muda Katolik Paroki MBL, Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku Klasis Kota Ambon dan Pulau-Pulau Lease serta Gereja-Gereja denominasi lain yang ada di kota Ambon.
JSHO dimulai dari pelataran halaman depan Gereja Paroki Santo Fransiskus Xaverius Katedral Ambon yang ‘disulap bagai taman Getsemani’, melewati Jalan Rijali, dan menuju Lapangan Merdeka. Titik finish Kalvari berada di lapangan itu.
Selain menghargai umat Paroki MBL yang menyelenggarakan JSHO, Mgr Mandagi mengajak hadirin untuk menjadikan jalan salib itu sebagai sarana mempersatukan, membaharui diri dan bertobat. “Kita bersatu dengan umat Protestan Maluku dalam Yesus, sedangkan dengan umat Islam, Hindu, Budha kita bersatu dalam Yang Ilahi. Inilah dasar persatuan kita,” ujar Mgr Mandagi.
Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku John Ruhulesin dalam sambutannya mengajak ribuan umat Kristen yang hadir untuk memandang jalan salib bukan sebagai jalan santai tapi jalan perjuangan. “Jalan ini jalan salib, jalan yang merefleksikan tentang pengampunan, perdamaian sejati dari Allah, bukan jalan santai tapi jalan perjuangan.” Dia pun mengajak kaum muda sekota Ambon untuk membangun karakter baru sebagai putera-puteri salib yang mau berkorban demi kehidupan orang lain.
Sambutan lain diberikan secara tertulis oleh Walikota Ambon. Sambutan yang dibacakan oleh Sekretaris Kota Antony Gustaf Latuheru, mengajak umat Kristen untuk meningkatkan spiritualitas keimanan melalui pementasan JSHO itu. “Warga kota yang baik belum tentu adalah warga gereja yang baik. Namun warga gereja yang baik pasti adalah warga kota yang baik,” tulis walikota. Pementasan itu, jelasnya, adalah agenda tahunan Dinas Pariwisata Kota Ambon.
Sedangkan sambutan tertulis Gubernur Maluku, yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Ros Far-far, mendorong umat Kristen untuk meneladani Yesus yang bersedia mengorbankan hidup-Nya demi keselamatan manusia. Gubernur mengajak hadirin untuk menjadikan momentum itu sebagai kesempatan membentuk perilaku, menjadi orang rendah hati dan mau melayani. “Apa pun jabatan kita adalah jalan untuk melayani.”
Setelah membacakan sambutan itu, Ros Far-far yang didampingi Uskup Amboina, Ketua Sinode GPM, dan Sekretaris Kota Madya Ambon, secara resmi membuka dramatisasi JSHO 2014 dengan menabuh gong.(pcp)