Menghadapi Pemilu 2014, Gereja Katolik mulai memberikan pendidikan politik, bukan hanya bagi umat paroki tetapi juga OMK bahkan siswa-siswi di sekolah Katolik, karena menyadari bahwa Gereja, sebagai masyarakat Indonesia, harus berperan aktif membangun bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sekitar 150 umat Katolik serta ketua lingkungan dan ketua wilayah Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Tangerang mengikuti seminar setengah hari yang dibuka oleh kepala paroki Pastor Ignatius Swasono SJ di aula Marfati JMJ, 16 Februari 2014.
Pastor Swasono mengatakan, setiap orang Katolik dipanggil untuk berkarya, melayani dalam bidang politik, namun membangun kesadaran tersebut bukanlah mudah. “Acara hari ini sebagai suatu cara untuk mengajak umat Katolik terlibat pada pesta demokrasi, 9 April.”
Imam itu berpesan agar dengan kegiatan itu rakyat bisa cerdas memilih calon legislatif yang bekerja untuk memperjuangkan kepentingan umum dan kesejahteraan bersama. “Kita semua berharap jangan sampai ada sikap apolitik, karena sikap itu sangat merugikan Gereja, bangsa dan negara,” kata imam itu.
Seminar dengan tema “Menjadi Pemilih yang Cerdas” itu menghadirkan tiga pembicara, Yeremia Mendrofa, Tito Sitanggang, dan FX Isbianto.
Yeremia menjelaskan tiga alasan yang mengajak umat Katolik menyukseskan pesta demokrasi, yakni Yeremia 29:7 yang meminta umat mengusahakan kesejahteraan ke mana pun mereka ditempatkan, Gaudium et Spes art 75 bab V yang menghimbau warga menyadari panggilan mereka yang khas dalam negara, dan Surat Gembala KWI menyambut Pemilu 2014 yang mengajak umat memilih yang cerdas, perpegang pada hati nurani, berpihak pada rakyat kecil, menolak politik uang dan berpegang teguh empat pilar kebangsaan.
“Untuk menjadi pemilih cerdas, sebaiknya memahami arti pemilu, mengenali caleg, termasuk visi-misinya dan mengawasi kinerjanya,” katanya.
FX Isbianto mengatakan, keinginannya untuk terjun dalam bidang politik sejalan dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan terdorong hati nuraninya untuk melakukan suatu yang baik demi kesejahteraan rakyat.
Tito Sitanggang mengatakan, ajang Pemilu 2014 bukan hanya ritual pemilihan calon legislatif dan presiden tetapi harus dimaknai sebagai keikutsertaan seluruh rakyat ikut menentukan arah dan tujuan bangsa, termasuk perhatian terhadap kelompok Katolik. Maka, “gunakan hak untuk memilih,” katanya.
Sehari sebelumnya, 15 Februari 2014, sekitar 1000 siswa dari 13 SMA Katolik di Bandung mengikuti kegiatan “Voter Education bagi Pemilih Pemula” yang dilakukan oleh Paroki Katedral Santo Petrus Bandung bekerjasama dengan KPU Kota Bandung dan tim Fokus Pastoral Keuskupan Bandung, untuk “memberikan pendidikan politik bagi umat Katolik, terutama kaum muda.”
Kegiatan di Aula SMA Santa Angela Bandung itu sejalan dengan program Fokus Pastoral Gereja Keuskupan Bandung tahun 2014 yang mengusung tema besar “Dialog Kehidupan – Kepedulian Bangsa.”
Tujuan kegiatan itu, menurut Sekretaris Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Bandung, Ignatius Yunanto, adalah memberikan pendidikan politik bagi kaum muda khususnya pemilih pemula agar mereka dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik, benar dan bertanggungjawab.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kaum muda Katolik menyadari diri sebagai bagian dari Gereja sekaligus sebagai masyarakat Indonesia yang harus berperan aktif dalam membangun bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya Yunanto dalam siarannya.
Acara yang diawali sambutan Pastor Paroki Katedral Bandung, Walikota Bandung dan KPU Kota Bandung itu dilanjutkan dengan talkshow dan diakhiri dengan simulasi pencoblosan kartu suara.
Narasumber talkshow adalah Guru Besar Politik UNPAD Dede Mariana tentang “Peta Kehidupan Sosial Politik Indonesia Menjelang Pemilu,” Rektor Universitas Paramadina Anies Rasyid Baswedan tentang “Nasionalisme dalam Bhinneka Tunggal Ika” serta pengamat politik Pastor Antonius Benny Susetyo Pr tentang “Beriman yang Memasyarakat.”(Konradus R Mangu/pcp)