Teresa Anna Elissa adalah seorang dokter dan penulis lepas yang tinggal di Paroki Katedral Beatae Mariae Virginis (BMV) Bogor. Tanggal 12 Januari 2014, perempuan yang lahir di Pati, 3 September 1989, itu meminta diterima menjadi anggota Keluarga Dominikan. Jadi ketika saya kebetulan diberitahu mengenai komunitas Dominikan Awam oleh teman saya, saya langsung merasa cocok saja, seperti kunci dan gemboknya.
Dalam perayaan di Pondok Si Boncel itu, Pastor Andreas Kurniawan OP, mewakili Master Jendral Ordo Dominikan (Ordo Pewarta, OP), menerimanya bersama tiga postulan awam lainnya, serta enam novis. Selain itu satu orang mengucapkan janji, satu orang memperbaharui janji untuk tahun kedua, dan 16 orang memperbaharui janji untuk tahun ketiga.
Penerimaan dan pembaharuan janji dari Dominikan Awam itu disaksikan oleh Suster Anna Marie Dwiyanti OP, Pemimpin Umum Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia. Juga hadir Koordinator Dominikan Awam Indonesia Theo Atmadi OP.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana dr Anna Elissa menghayati panggilannya sebagai Dominikan Awam, Paul C Pati dari PEN@ Indonesia mewawancarainya.
PEN@ Indonesia: Mengapa Anda tertarik menjadi Dominikan Awam? Apakah ada peristiwa khusus yang menyentuh Anda?
DOKTER ANNA ELISSA: Tidak ada satu peristiwa khusus yang menyentuh saya. Rasanya, sejak kecil saya sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang Dominikan. Sejak kecil, saya terbiasa banyak membaca, menulis, dan merenung.
Bagaimana Anda siapkan diri untuk jadi anggota Keluarga Dominikan?
Sebelum pelantikan, saya pribadi membaca buku “Spiritualitas Dominikan” oleh William A Hinnebusch OP. Saya berpikir bahwa sudah sepantasnya, sebelum dilantik, saya sudah memahami apa artinya menjadi seorang Dominikan. Selain itu saya juga berdoa khusus kepada Bapa Dominikus agar saya memperoleh rahmat dari Tuhan agar mampu menghidupi Iman Katolik seturut karismanya.
Bagaimana proses penerimaan Dominikan Awam di Pondok Si Boncel itu?
Acara dimulai sekitar pukul sembilan pagi dengan rekoleksi per kelompok, berdasarkan tingkat postulan dan novis. Rekoleksi itu memberi kesempatan bagi kami untuk mengetahui semangat dan spiritualitas Dominikan, mengenal kembali siapa Santo Dominikus.
Kemudian panggilan kami sebagai pewarta menurut Kitab Suci diperkuat dengan materi studi dan refleksi yang disampaikan oleh Suster Dominika OP. Pastor Andreas Kurniawan OP juga memberi kesempatan bagi kami untuk mengenal sejarah Ordo Pewarta di Indonesia. Setelah pengakuan dosa, yang membersihkan hati dan jiwa, kami merayakan Misa Penerimaan sekitar pukul enam sore. Setelah Misa Penerimaan, rangkaian acara ditutup dengan makan malam bersama.
Apa yang Anda rasakan saat dilantik sebagai Dominikan Awam?
Saat itu saya sangat bahagia. Bagi saya, menjadi seorang Dominikan Awam berarti menjadi anggota Familia Dominicana yang bersifat global, tidak terbatas ruang dan waktu. Menjadi anggota sebuah ordo yang sudah tua harus diakui merupakan kebanggaan tersendiri, sekaligus penguatan agar saya terus maju di dalam jalan menuju kekudusan. Ini batu loncatan besar dalam perjalanan spiritual saya.
Sekarang Anda sudah menjadi anggota Dominikan. Apa perasaan Anda?
Resmi menjadi postulan tentu sangat membahagiakan. Namun, saya juga segera merasakan tanggungjawabnya. Sebagai postulan, saya bertanggungjawab tidak hanya atas pewartaan kepada orang lain, namun terlebih atas diri sendiri. Saya bertanggungjawab untuk terlebih dahulu mengisi diri saya dengan kebijakan dan kebajikan dari Allah, baru kemudian kepenuhan tersebut dapat meluber mengaliri orang lain. Bila hidup saya sendiri asal-asalan, tentu saya tidak punya hal apapun untuk dibagikan kepada orang lain.
Apakah Anda merasa pantas menjadi pengikut Santo Dominikus?
Pantas dalam arti sempurna, tentu belum. Masih banyak hal perlu saya pelajari dan tiru dari Santo Dominikus, terutama dalam hal komunitas dan doa. Saya anak tunggal yang terbiasa independen dan tidak pernah bisa cocok dengan grup-grup atau kumpul-kumpul. Jadi sebenarnya, menemukan komunitas seperti ini saja sudah luar biasa, hehe. Komunitas yang cocok memang sungguh menguatkan, namun hidup berkomunitas pun ada tantangannya. Begitu juga berdoa untuk orang yang tidak kita kenal, atau untuk peristiwa-peristiwa yang (kasarnya) “bukan urusan kita”. Menumbuhkan kepedulian dan sensitivitas untuk itu adalah salah satu yang masih saya latih untuk diri sendiri.
Sebagai anggota Keluarga Dominikan, saya akan menjalani apa yang sudah saya kerjakan selama ini, yaitu evangelisasi melalui dunia maya, terutama melalui tulisan-tulisan. Namun mulai saat ini, saya akan melakukan semua itu dengan semangat kasih yang lebih baik. Selain itu, saya akan berusaha mengasah kehidupan doa dan Ekaristi saya, agar sebagai seorang Dominikan saya tidak hanya berdoa bagi orang-orang terdekat saya, melainkan juga bagi jiwa-jiwa siapa pun yang membutuhkannya.
Apa sebenarnya keunikan atau kelebihan Ordo Pewarta itu?
Tidak seperti ordo lainnya, OP menekankan studi sebagai salah satu dari empat pilarnya. Studi ini mempunyai makna yang luas, tidak hanya membaca seperti mau ujian, namun betul-betul mencari, memperdalam, dan mengkontemplasikan wajah Allah di dalam bidang yang sedang kita pelajari.
Seorang Dominikan, ketika sedang belajar apa pun, entah matematika, biologi, teologi, psikologi, atau ilmu lainnya, akan bertanya, “Apa yang dikatakan oleh topik ini tentang Allah? Bagaimana topik yang sedang saya pelajari ini memancarkan Kabar Gembira tentang rancangan dan kehendak Allah bagi dunia?” Pemikiran seperti ini yang menurut saya merupakan kekuatan pewartaan dan doa seorang Dominikan, sebab ia menjadi mampu melihat Allah di dalam segalanya dan melihat segalanya di dalam Allah.
Apakah Ordo Pewarta sesuai dengan kaum muda dan kaum profesional?
Saya merasa OP sangat cocok bagi kaum muda dan kaum profesional, terutama mereka yang tertarik mendalami ajaran Iman Katolik dan mewartakannya dengan visi membangun Gereja. Semangat Dominikan, yang haus belajar dan tidak sabar untuk membagikan kontemplasinya dengan orang lain, sesuai dengan semangat khas kaum muda dan profesional yang hidup dekat dan berbagi dengan lingkungannya.
Saya kira, Misi Evangelisasi Baru yang diserukan oleh Beato Paus Yohanes Paulus II adalah semangat pewartaan ala Santo Dominikus yang perlu meresapi kegiatan iman kaum muda dan kaum profesional sebagai putra-putri Gereja.
Apa yang menarik dari Santo Dominikus untuk umat manusia saat ini?
Dunia saat ini semakin tidak mengenal Kristus. Kehadiran-Nya sudah sangat dikaburkan oleh nilai-nilai modernisme yang meluas seiring perkembangan zaman. Saat inilah dunia paling membutuhkan-Nya. Menurut saya, zaman ini banyak kemiripannya dengan zaman Santo Dominikus sendiri. Maka, sudah sepantasnya semangat Santo Dominikus dibangkitkan lagi demi membawa banyak orang mengenal Kristus dan Gereja-Nya, agar mencapai keselamatan.
Santo Dominikus konon adalah seorang pewarta yang lemah lembut, sabar, tidak kompromi terhadap kebenaran, namun pandai menyesuaikan pewartaannya di mana ia berada. Prinsip ini jugalah yang perlu kita pegang dalam pewartaan di dunia modern, supaya Kabar Gembira tersampaikan dengan baik dan indah, melalui moda-moda komunikasi zaman ini, tidak terkecuali dunia maya dan jejaring sosial.***