Para uskup di Indonesia mengajak umat Katolik untuk ikut Pemilu. “Ikutlah memilih. Dengan demikian Anda ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa,” tulis Surat Gembala Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyambut Pemilu Legislatif 2014.
Dalam Surat yang ditandatangani Ketua dan Sekretaris Jenderal KWI Mgr Ignatius Suharyo dan Mgr Johannes Pujasumarta, para uskup meminta umat untuk mengiringi proses pelaksanaan Pemilu dengan doa memohon berkat Tuhan, semoga Pemilu berlangsung damai dan berkualitas serta menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar memperhatikan rakyat dan berjuang untuk keutuhan Indonesia.
Para uskup percaya, dengan demikian “cita-cita bersama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan bersama, semakin mewujud nyata.” Juga dikatakan bahwa Pemilu menjadi peristiwa penting dan strategis karena merupakan kesempatan memilih calon legislatif (caleg) dan perwakilan daerah yang akan menjadi wakil rakyat.
Warga negara yang telah memenuhi syarat berhak ikut menentukan siapa yang akan mengemban kedaulatan rakyat melalui Pemilu. Mereka yang terpilih akan menempati posisi yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini menuju cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menyadari hal itu, para uskup menegaskan, selain merupakan hak, ikut memilih dalam Pemilu merupakan panggilan sebagai warga negara. “Dengan ikut memilih berarti Anda ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan,” kata para uskup.
Namun, para uskup mengajak umat untuk tidak hanya datang dan memberikan suara, tapi menentukan pilihan dengan cerdas dan sesuai hati nurani. Maksudnya, jelas para uskup, “pemilihan dilakukan tidak asal menggunakan hak pilih, apalagi sekedar ikut-ikutan.”
Calon dan partai apa pun yang dipilih, lanjut para uskup, “hendaknya dipilih dengan keyakinan bahwa calon tersebut dan partainya akan mewakili rakyat dengan berjuang bersama seluruh komponen masyarakat mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia.”
Tak mudah menjatuhkan pilihan, karena banyak jumlahnya dan tidak cukup dikenal. Caleg yang akan dipilih, tulis surat itu, harus dipastikan memang “orang baik, menghayati nilai-nilai agama dengan baik dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan.”
Caleg yang jelas-jelas berwawasan sempit, mementingkan kelompok, dikenal tidak jujur, korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan “tidak layak dipilih,” kata para uskup seraya meminta umat untuk berhati-hati dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan yang ditampilkan calon legislatif hanya ketika berkampanye, seperti membantu secara material atau memberi uang.
“Hendaklah Anda tidak terjebak atau ikut dalam politik uang yang dilakukan para caleg untuk mendapatkan dukungan suara. Perlulah Anda mencari informasi mengenai para calon yang tidak Anda kenal dengan pelbagai cara. Demi terjaga dan tegaknya bangsa ini, perlulah kita memperhitungkan calon legislatif yang mau berjuang untuk mengembangkan sikap toleran dalam kehidupan antarumat beragama dan peduli pada pelestarian lingkungan hidup,” kata para uskup.
Pilihan kepada caleg perempuan yang berkualitas untuk DPR, DPD dan DPRD adalah “salah satu tindakan nyata mengakui kesamaan martabat dalam kehidupan politik antara laki-laki dan perempuan, serta mendukung peranserta perempuan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan.”
Surat gembala itu juga mengajak umat untuk ikut memantau dan mengawasi proses dan jalannya Pemilu, memilih partai yang memiliki caleg dengan kemampuan memadai dan wawasan kebangsaan yang benar. “Partai yang memperjuangkan kepentingan kelompoknya apalagi tidak berwawasan kebangsaan, hendaknya tidak dipilih.”
Surat itu juga menyapa para caleg. “Para calon legislatif, kami hargai Anda karena tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik. Keputusan Anda untuk mempersembahkan diri kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu akan menjadi kesempatan untuk berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, tetaplah memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam. Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!”(paul c pati)***