Vatican Insider mewawancarai Fabián Báez, seorang imam Argentina yang dilihat oleh Paus Fransiskus di tengah orang banyak di Lapangan Santo Petrus saat Audiensi Umum tanggal 8 Januari. Paus lalu mengajak imam itu naik ke Mobil Paus.
Oleh Andrés Beltramo Álvarez
“Ayo! Melompatlah!” Dua kata ini mengagetkan seorang teman lama yang Paus Fransiskus lihat di tengah lautan wajah yang hadir di Lapangan Santo Petrus untuk menghadiri Audiensi Umum tanggal 8 Januari 2014. Wajah yang tak asing bagi Paus itu adalah Fabián Báez, pastor paroki dari Buenos Aires. Tanpa berpikir panjang, Paus langsung mengajak imam itu melompat naik Mobil Paus. Tanpa ragu imam itu langsung naik. “Gambar ini akan tersebar di seluruh dunia,” kata Paus Fransiskus sambil tertawa.
Tentu hal itu menjadi perhatian dunia. Media internasional menggambarkannya sebagai salah satu sikap kedekatan Paus Fransiskus. Namun, tidak banyak orang tahu apa yang Paus bisikkan ke telinga imam itu saat keduanya saling berpelukan. “Begitu menyenangkan!” kata Pastor Báez seraya membiarkan Vatican Insider bertanya secara detail apa yang terjadi dalam mobil itu saat berputar di Lapangan Santo Petrus.
Bagaimana Anda bisa berjumpa dengan Paus?
Saya baru tiba di Roma di hari Selasa malam dan di hari Rabu pagi saya tidak tahu cara menghadiri katekese Paus karena saya tidak tahu di mana bisa mendapatkan tiket masuk. Maka, saya pergi ke lapangan itu dan berdiri di belakang pembatas pengendalian massa seraya berharap bisa melihat dia lewat dengan Mobil Paus.
Ketika lewat dia melihat saya dan mengenal saya. Saya teriak keras sekali, tetapi sulit membuat suara saya terdengar. Saya tercengang melihat betapa besar perhatian yang diperlihatkan orang kepada Paus. Dia melihat saya dan berkata kepada saya, “Apa yang kau buat di sini?” Saya teriak bahwa saya datang untuk menemuinya.
Mobil Paus berjalan terus kemudian berputar dan berhenti. Dia memanggil dan meminta saya melompati pembatas dan berkata kepada saya, “Ayo! Melompatlah!” Saya pikir dia akan duduk bersama saya di tempat yang lebih bagus kemudian (setelah audiensi itu, Red). Namun sebaliknya, dia berkata kepada saya, “Ayo! Melompatlah masuk ke Mobil Paus!” Saya menyalami dia, memeluk dia dan naik. “Saya tidak percaya apa yang terjadi.”
Lalu, apa yang terjadi?
Dia tertawa dan berkata kepada saya, “Gambar ini akan tersebar di seluruh dunia.” Saya sedikit sulit melompati pembatas, maka dia bercanda. “Kali berikut kami akan membuat pembatas itu lebih kecil.” Dia sangat baik. Dia mengizinkan saya naik kendaraan itu dan minta saya duduk dekatnya. Kemudian dia berkata, “Engkau akan pergi ke mana?” Saya katakan akan tunggu sampai selesai. Dia menjawab, “Okay saya akan berbicara sedikit denganmu.” Demikian terjadi. Dia bicara beberapa menit, dia bertanya beberapa orang yang kita berdua kenal serta kita membicarakan beberapa hal pribadi. Saya tidak pernah mengunjungi atau berbicara dengan dia sejak dia menjadi Paus, maka kesempatan itu sungguh sangat menarik.”
Bagaimana rupa Paus saat beraksi?
Dia datang sebagai seorang pria bahagia dengan iman yang besar. Ini benar-benar merasuk saya, cinta dan kasih sayangnya. Dia benar-benar wakil Kristus, begitu baik, tenang dan rendah hati. Saya kira pesannya adalah, “Ayo! Melompatlah! Itulah pesan yang dia berikan kepada dunia. Itu yang saya rasakan. Saya mengalami sedikit apa yang sedang dia lakukan di dunia, memanggil orang-orang untuk mengangkat hati mereka dan memberi mereka harapan. Dari semua yang dia lakukan sepanjang pagi itu, dia nampak besar dan sangat kuat. Namun di sana, selama dua jam penuh dia menyalami setiap orang, termasuk setiap pribadi yang sakit. Saya sedikit lelah tetapi dia terus menyalami semua orang. Dia hebat.”
Apa hubungan Anda dengan Paus waktu masih di Buenos Aires?
“Dia tetap uskupku, dia menahbiskan saya. Itu hubungan khas uskup-imam. Namun ada sesuatu yang istimewa. Dia tetap seseorang yang dekat dengan masyarakat. Engkau bisa bicara apa saja dengan dia. Kehadirannya dirasakan istimewa di saat-saat sulit. Saat ayahku meninggal, contohnya, dia langsung menelpon. Saya selalu melihat dia sebagai seorang imam. Ya, dia adalah uskup dan kardinal, tetapi dalam sikapnya dia tetap seorang imam, dia tetap sangat penuh kasih sayang. Saya berharap menemuinya, tetapi saya tidak membayangkan seperti ini.”
Apakah Bergoglio banyak berubah sejak menjadi Paus?
“Saya tidak mengira Anda bisa menyebutnya evolusi. Saya kira tindakannya di seluruh dunia sama seperti yang biasa dia lakukan dalam lingkaran teman-teman akrab. Di saat-saat akrab dia tertawa dan membuat lelucon. Dia nampak agak malu kalau menyapa orang banyak atau merayakan Misa. Kesan yang saya dapatkan dari dia sebelumnya adalah dia mudah didekati dalam kelompok-kelompok kecil atau secara pribadi. Dia lucu, ceria, sederhana dan pemalu di keramaian.
Apa yang Argentina bawa ke dalam Gereja universal melalui Fransiskus?
“Saya tidak tahu, tetapi yang saya bisa katakan kepada Anda adalah apa yang dia berikan kepada Argentina. Saya kira adalah indah bahwa Gereja memiliki Paus “dari sisi lain dunia” seperti yang dikatakannya saat menjadi Paus. Ini menunjukkan hati universal Gereja. Gereja bukanlah struktur yang ditandai oleh perebutan kekuasaan seperti yang dikira sementara orang. Kalau seorang uskup agung yang hampir pensiun berusia 76 tahun dari sebuah keuskupan di sisi lain dunia itu seperti ini, dia tidak akan terpilih sebagai Paus. Jelas ada pemikiran lain dalam Gereja. Yang dia bawa ke dalam Gereja adalah kesederhanaan dan kedekatannya. Ini jelas dilihat oleh semua orang.
Paus sedang mengajar Argentina tentang budaya perjumpaan, dialog, penyembuhan luka dan tidak fokus pada hal-hal yang memisahkan tetapi pada hal-hal yang menyatukan kita. Saya berharap dengan sepenuh hati agar kami orang Argentina bisa memahami hal ini dan mengatasi perpecahan-perpecahan internal yang membebani negara kami. Dalam hal ini, dia adalah tanda dari sesuatu yang baru.” (Paul C Pati, penerjemah)