Kabar Keselamatan Allah tidak identik dengan kekuasaan politik, bukan dengan masyarakat sipil, bukan juga dengan bangsa tertentu. Sebagai konsekuensi, umat Kristiani tidak mempunyai musuh. Pasalnya, umat Kristiani percaya bahwa semua orang adalah ciptaan Tuhan yang menghuni keluarga kemanusiaan. Artinya semua manusia adalah saudara dan saudari dari satu keluarga, di dalamnya hanya ada kasih, bukan toleransi belaka.
Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama Kardinal Jean-Louis Tauran berbicara dalam kotbah Misa yang dirayakan untuk mensyukuri Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 dan 15 Tahun Reformasi Bangsa di Gereja Benediktin San Anselmo, Bukit Aventino, Roma, 2 Oktober 2013.
Misa yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan (KBRI-TSV), bekerja sama dengan Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA) dengan tema “Merdeka, Reformatip dan Rukun Bersama Pancasila” itu dipimpin oleh Kardinal Tauran dengan konselebran lebih dari 30 imam, baik yang bekerja di Kuria Vatikan, maupun di berbagai Rumah Generalat di Roma.
Kardinal Tauran menekankan bahwa semata-mata merupakan kehendak Tuhan agar semua manusia hanya melakukan hal-hal yang baik. Juga diharapkan agar umat Kristiani tidak merasa takut berbicara tentang Tuhan, tentang iman mereka, dan agar mereka “hidup sebagai orang-orang merdeka, kapan dan di mana saja, bukan untuk tujuan tersembunyi, melainkan untuk melayani Tuhan dan sesama umat manusia.”
Merujuk kalimat Injil Mat, 22:15-21 yang dibacakan hari itu “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah,” Kardinal Tauran berkata, “Umat Kristiani perlu tahu bahwa Kerajaan Allah bisa juga hadir di dalam dunia orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, karena Kabar Sukacita Injil adalah Kabar universal dan untuk semua orang.”
Kardinal mengingatkan, banyak orang di Asia berpikir bahwa agama itu cikal-bakal permasalahan. “Umat Kristiani harus menunjukkan yang sebaliknya melalui hidup iman sejati, yang tercermin dari cara hidup sehari-hari, cara pandang, cara bertutur kata, cara tampil, cara memimpin, cara berorganisasi, cara beranggota, cara bersahabat. Singkatnya cara Yesus. Dia yang datang untuk membawa sukacita dan pembebasan bagi orang-orang miskin,” pinta kardinal.
Kardinal mengagumi besarnya jumlah imam, suster, bruder dan calon dari Indonesia, sekalipun umat Katolik tidak sangat banyak, memuji karya-karya besar misionaris Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok bumi, dan bersyukur bahwa Pancasila sudah dan sedang menjadi dasar serta falsafah negara Indonesia yang telah mempersatukan dan menjamin keharmonisan bangsa besar itu sejak 68 tahun.
Sekitar 200-an umat, terdiri dari duta besar dan korps diplomatik dari berbagai kedutaan besar asing di Roma, maupun para pemimpin tarekat dan institusi serta umat asal Italia dan Indonesia, yang hadir dalam Misa itu diajak oleh Kardinal Tauran untuk berdoa agar Pancasila tetap jaya dan “bangsa Indonesia di dalam keanekaragaman senantiasa merayakan persatuan dan keharmonisan sebagai satu keluarga, di mana semua saling memandang sebagai saudara dan saudari dengan hak-hak dan kewajiban yang sama, pewaris-pewaris negeri yang satu dan sama pula dengan segala kekayaannya.”
Sekalipun menghadapi berbagai tantangan, kardinal bersyukur bahwa Indonesia tidak pernah kehilangan semangat rekonsiliasi, semangat bersatu kembali dan semangat mencari segala kemungkinan untuk bersilaturahmi dan berdialog demi tegaknya perdamaian dan keharmonisan, dan di saat yang sama muncul “orang-orang yang berusaha menghidupi, mengungkapkan dan mempertanggungjawabkan iman agamanya secara sungguh-sungguh, tulus dan ikhlas.”
Duta Besar KBRI-TSV Budiarman Bahar berterima kasih kepada Kardinal Tauran dan semua yang telah menyukseskan Misa itu, dan meminta hadirin “tetap mendoakan bangsa Indonesia agar tetap kuat, rukun dan damai di bawah Pancasila.”
Dalam Misa, Koor IRRIKA beranggotakan 60-an orang, terdiri dari imam, suster, bruder dan frater, menyanyikan lagu-lagu Ekaristi bermotif etnik dan lagu-lagu kebangsaan seperti “Syukur” dan “Indonesia Tanah Air Beta.” Menurut Pastor Markus Solo SVD dari dewan kepausan itu, lagu-lagu itu sangat mencengangkan umat seluruhnya, termasuk yang beragama Islam. Menjelang akhir Misa, “Kardinal Tauran spontan menyampaikan ucapan terima kasih khusus kepada koor yang indah dan menuai tepukan tangan panjang,” kata imam itu.
Dalam Misa inkulturasi itu, Tarian Ja’i dari Flores tampil saat prosesi masuk dan Tarian Tor-Tor dari Batak untuk perarakan persembahan.***