Keuskupan Agung Pontianak kini memiliki sekolah pendidikan tinggi guru Katolik pertama

0
4061
Tim dari Pontanak dipimpin Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus (duduk dengan pakaian batik) menemui Provincial Ordo Dominikan Filipina Pastor Napoleon Sipalay OP (pakaian putih di sebelah uskup)
Tim dari Pontianak dipimpin Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus (duduk dengan pakaian batik) menemui Provincial Ordo Dominikan Filipina Pastor Napoleon Sipalay OP (pakaian putih di sebelah uskup)

Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus baru-baru ini mengedarkan surat berisi kabar gembira kepada para pastor paroki, biara-biara, persekolahan Katolik, pendidik dan tokoh pendidikan, tokoh-tokoh masyarakat, dan umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak dan sekitarnya bahwa Keuskupan Agung Pontianak “atas kebaikan para pendiri Yayasan Landak Bersatu telah diserahkan STKIP Pamane Talino di Kota Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.”

Dengan demikian, lanjut poin kedua Pengumuman Terbuka tertanggal 27 Mei 2018 yang ditandatangani oleh Mgr Agustinus Agus, “terhitung sekarang STKIP Pamane Talino sudah dikelola oleh Keuskupan Agung Pontianak.”

Poin ketika surat itu menegaskan bahwa Uskup Agung Pontianak menunjuk para pastor Ordo Dominikan sebagai “pengelola utama” dan pihak lain seperti Kongregasi Passionis sebagai “pendukung” di dalam pengelolaan yayasan dan persekolahan nantinya.

“Kami berharap pengumuman ini menjadi kabar gembira terutama untuk semua pihak di Keuskupan Agung Pontianak bahwa kini kita mempunyai sekolah pendidikan tinggi guru Katolik pertama di Keuskupan Agung Pontianak,” tulis surat itu.

Selain itu uskup memohon dukungan atas perkembangan dan kemajuan STKIP Pamane Talino “baik dengan doa dan keterlibatan umat.” Salah satu keterlibatan umat, jelas Mgr Agus, adalah “menyebarkan berita kabar gembira ini sehingga banyak anak kita yang ingin melanjutkan pendidikan setelah SMA atau SMK bisa menjadikan STKIP Pamane Talino sebagai salah satu tujuan pendidikan mereka dan menjadi tujuan utama apabila melanjutkan sekolah untuk pendidikan menjadi guru kelak.”

Juga disampaikan dalam surat itu bahwa saat ini STKIP Pamane Talino memiliki tiga program studi yakni Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes).

Menanggapi surat itu, Pastor Johanes Robini Marianto OP yang ditugaskan oleh Mgr Agus untuk menangani proses peralihan itu mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa dia menghargai Keuskupan Agung Pontianak yang mau menerima penyerahan pengelolaan dan kepemilikan ini STKIP Pamane Talino itu.

“Mgr Agus sangat mengerti peranan strategis pendidikan. Dunia pendidikan itu penting di dalam mendidik generasi muda. Guru selalu dibutuhkan dan sangat strategis peranan mereka dalam membentuk manusia. Sudah saatnya Gereja terlibat di dalam pendidikan guru yang akan menjadi pendidik, penanam nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan kepada anak didik,” tegas Pastor Robini.

Dewan Pimpinan Ordo Dominikan Provinsi Filipina pun telah setuju untuk terlibat dalam proyek pendidikan di Kalbar. “Persetujuan itu diterima setelah tiga kali tim memberi presentasi di Manila dan yang terakhir dipimpin langsung  oleh Mgr Agus di bulan Maret 2018,” jelas imam itu.

Dalam pembicaraan resmi di Manila, lanjut Pastor Robini, Mgr Agus meminta Ordo Dominikan menjadi rekan kerja dan pengelola utama manajemen STKIP Pamane Talino dan “membuka akses ke semua perguruan tinggi yang ditangani oleh Ordo Dominikan, pertama-tama di Filipina, untuk mendukung proyek ini.”

Selain persetujuan dari Provinsial Filipina, lanjut Pastor Robini, pimpinan tertinggi Ordo Dominikan di Roma juga menjawab positif. Dalam pembicaraan informal, “pihak Universitas Santo Thomas Manila yang sudah berusia 407 tahun, bersedia terlibat untuk konsultasi dan pengiriman tenaga serta memberi beasiswa kepada tenaga pengajar STKIP Pamane Talino sampai S3. Mgr Agus juga masih menunggu surat jawaban dari salah satu kongregasi suster Dominikan di Spanyol untuk terlibat, jelas imam itu.

September 2018 nanti Pastor Robini akan menghadiri rapat di Roma. “Saat itu akan saya gunakan sebagai kesempatan untuk bicara dengan salah satu perguruan tinggi untuk memikirkan keterlibatan di Kalbar. Mudah-mudahan mereka bisa menerima usulan kerjasama.”

Meski demikian, Pastor Robini menegaskan bahwa STKIP itu merupakan lembaga pendidikan yang terbuka untuk semua, baik mahasiswa dan pengajarnya, bukan hanya Katolik. Namun, “nilai-nilai manajemen, karakter orientasi lembaga, dan pembinaan mental, terutama mereka yang Katolik, tentu jadi beda. Mereka yang beragama Katolik akan dibina secara khusus di bidang kemahasiswaan dan secara khusus dalam kapelan kampus.”

Sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pengelola utama, biarawan Dominikan itu menegaskan, selain meyakinkan semua pihak bahwa STKIP Pamane Talino itu legal dan semua program studinya masih berakreditasi C, dia akan membangun gedung perkuliahan sesuai instruksi Mgr Agus setelah design dan tata letak selesai dibicarakan.

Pastor Robini juga sudah sedang mengupayakan kerjasama dengan lembaga pendidikan lain di dalam dan luar negeri, berbicara dengan beberapa pimpinan perusahaan untuk menyiapkan pelatihan dan tempat magang demi perkembangan mahasiswa, serta bersiap untuk merumuskan kembali visi atau arah pendidikan STKIP Pamane Talino.(paul c pati)

 

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here