Surat Master Ordo Pewarta untuk Pertemuan Internasional Dominikan Awam di Fatima 2018

0
1512

master-fr-bruno-cadore

Bulan Oktober 2018, Persaudaraan Dominikan Awam akan menjalankan Pertemuan Internasional Dominikan Awam di Fatima, Portugal. Untuk menyambut pertemuan itu, Master Ordo Pewarta Pastor Bruno Cadore OP mengeluarkan sebuah surat dari Roma, tanggal 25 Januari 2018, pada Pesta Pertobatan Santo Paulus Rasul. Koordinator Nasional Dominikan Awam di Indonesia Theo A Atmadi OP menerjemahkan surat itu dan diturunkan dalam PEN@ Katolik secara bersambung:

Roma, 25 / 01 / 18, Pesta Pertobatan Santo Paulus Rasul.

Kepada para Awam Ordo Pewarta.

Prot. 73/17/810 ICLDF.

Saudara-saudariku terkasih dalam Ordo Pewarta,

Adalah dalam rangka Yubileum Ordo saya berbicara dengan kalian yang dalam beberapa bulan mendatang akan mempersiapkan Pertemuan Internasional Dominikan Awam. Tidak diragukan lagi, di semua regio, pertemuan ini merupakan peristiwa sangat penting untuk merayakan rahmat yang diberikan kepada Ordo, sehingga boleh memiliki saudara-saudari awam sebagai anggota aktif dalam misinya. Sesuai spesifikasi setiap regio, pertemuan ini merupakan pula kesempatan untuk mempertimbangkan kembali cara yang bisa membuat panggilan awam menjadi lebih penting dari sebelumnya, jika Ordo hendak berinkulturasi lebih baik dalam mewartakan Kabar Gembira akan datangnya Kerajaan Allah. Bagi keseluruhan Ordo, dan dalam perspektif yang dibuka dalam kongres tentang Misi Ordo yang mengakhiri Yubileum di bulan Januari 2017, saya mengungkapkan harapan agar pertemuan ini dapat menjadi kesempatan untuk meminta kreativitas apostolik yang diperlukan yang sungguh mengintegrasikan peranserta khusus Awam dari Ordo. Inilah cara Ordo bisa melayani dunia dan Gereja dengan pewartaan. Delapan ratus tahun setelah ketetapan Dominikus untuk mengutus saudara-saudaranya ke empat penjuru dunia, menurut saya pengutusan ini harus menemukan aktualisasinya saat ini, bukan hanya peduli pada penyebaran yang bersifat ‘geografis’ saja, namun juga berupaya menetapkan pewartaan Ordo dengan menjadikannya kaya akan keragaman budaya dan keadaan hidup. Dan, mengetahui bahwa melalui kekayaan keberagaman inilah sehingga Ordo terpanggil untuk memanifestasikan identitasnya menjadi sebuah “lembaga pewartaan” yang satu, yang berakar dalam persekutuan dalam satu dan panggilan yang sama untuk “sepenuhnya mempersembahkan diri bagi pewartaan Sabda Tuhan.”

Kita semua tahu bahwa realita persaudaraan awam dalam Ordo sangat berbeda menurut regio, dinamika mereka sungguh berbeda di sana-sini, juga integritas penuh mereka terhadap dalam kehidupan Ordo pun sangat beraneka. Kita juga tahu betapa banyak waktu diperlukan dan banyak energy akan terbuang kalau hendak bertanya kepada diri kita sendiri tentang “identitas” Dominikan dari persaudaraan-persaudaraan itu, tanpa selalu akan membawa buah kehidupan yang kita harapkan. Namun bersama banyak orang dari kalian, saya yakin kehidupan awam dari Ordo tidak karena fokus pada struktur dan formalitas, tetapi dari keberanian untuk mendengarkan panggilan untuk bergabung dalam Ordo, karena itulah Ordo Pewarta, untuk melayani misi Gereja, Umat Allah yang sedang berziarah dalam sejarah (Lumen Gentium), untuk terus mewartakan kedatangan Kerajaan Allah. Bukankah ke jalan ini begitu banyak Dominikan Awam, seperti Pier Giorgio Frassati dan Giorgio La Pira, menuntun kita? Sesuai Konsili Vatikan II, perlulah kiranya mengingat bahwa sebagai awam, oleh Pembaptisan, “mengambil bagian dalam jabatan Kristus sebagai imam, nabi dan raja” dan “menjalankan perutusan segenap umat Kristiani dalam Gereja dan di dunia.” (Lumen Gentium, 31)

Tanda Persaudaraan

Keputusan untuk mengangkat Anggota-Anggota Ordo yang awam tanpa menyebut lagi “Ordo Ketiga” melainkan menyebutnya “Persaudaraan Dominikan Awam” menyoroti aspek utama pewartaan Kerajaan Allah yaitu, bersama dengan Ordo secara keseluruhan, kalian dipanggil untuk menyebar. Bagi Santo Dominikus, yang sejak awal misinya di Languedoc ingin dipanggil saudara Dominikus, Persaudaraan itu secara intrinsik terkait dengan pewartaan Kerajaan Allah. Saudara dan saudariku, yang tidak datang bersama setelah saling memilih, namun yang saling menerima sebagai sahabat-sahabat Allah, saling belajar cara menjadi anggota serta aktor dalam keluarga, sebagai putra dan putri dari Bapa yang sama. Menjadi tanda persaudaraan di tengah kehidupan sekular adalah menjadi tanda yang ada dalam diri umat manusia yakni kemampuan untuk hidup sebagai saudara, yakni menjalin hubungan relasi, yang meski dengan semua keberagamannya, mereka bersatu alam sebagai anak-anak yang sama, dan dalam keinginan yang sama untuk diutus ke dunia ini sebagai saksi-saksi Sabda Tuhan, saksi-saksi kehidupan, dan saksi-saksi rahmat Tuhan.

(bersambung …)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here