Umat Katolik Dekanat Belu Utara di Atambua rayakan HUT-32 THS-THM yang juga suburkan iman

0
2254

HUT KE 32 THS- THM DI PAROKI ROH KUDUS ROH KUDUS HALILULIK

Dengan iringan drum band anak-anak Sekolah Dasar Katolik (SDK) Halilulik, terlihat arak-arakan meninggalkan terminal Halilulik di Atambua, Timor, menuju Paroki Roh Kudus Halilulik. Di paroki itu, rombongan disambut tetua adat dengan sapaan Hase-Hawaka (bahasa Tetum) yang berarti bertegur sapa untuk menyambut tamu-undangan yang datang atau memasuki suatu wilayah di Belu.

Setelah penerimaan secara adat oleh panitia, tuan rumah, Pastor Paroki bersama DPP dan para tetua adat, peziarah ini diarak masuk ke dalam Gereja untuk berdoa bersama. Setelah menerima berkat dari Kepala Paroki Halilulik Pastor Roni Fenat Pr, acara dilanjutkan dengan peringatan HUT ke-32 Organisasi Bela Diri Pencak Silat Tunggal Hati Seminari (THS)-Tunggal Hati Maria (THM) Distrik Keuskupan Atambua, Dekanat Belu Utara, di lapangan depan paroki yang diikuti seluruh peziarah dan umat setempat.

Acara yang berlangsung Sabtu dan Minggu, 11-12 November 2017, dengan peserta sekitar 500 orang itu diisi dengan ceramah rohani dan penguatan pengetahuan organisasi yang dibawakan Pastor Roni Fenat, serta meditasi bersama yang dipimpin seorang senior THS Julio Elio dari ranting Haliwen.

Koordinator Belu Utara Elias YT Mali dalam sambutannya mengatakan selain memupuk tali persaudaraan dalam mempertahankan dan menjaga kerukunan NKRI, kegiatan yang merupakan acara tahunan yang diadakan secara bergilir itu bertujuan “untuk menjalin silaturahmi antarsesama anggota THS-THM, serta menjalin kekeluargaan dengan umat Katolik setempat, sehingga iman Katolik dapat tumbuh subur berkat keteladanan dan kerendahan hati dari masing-masing orang.”

Menurut Pastor Fenat yang juga menjadi penasihat THS-THM Ranting Paroki Halilulik, THS-THM masuk ke Keuskupan Atambua melalui banyak tantangan dan pergumulan iman. Uskup Atambua saat itu, Mgr Anton Pain Ratu SVD, yang kini sudah merupakan Uskup Emeritus, meminta agar THS-THM harus mampu menunjukkan jati dirinya sebelum diakui Gereja lokal, Keuskupan Atambua. “Tantangan itu akhirnya membuat THS-THM menjadi besar seperti saat sekarang,” jelas imam itu.

Perjalanan THS-THM adalah perjalanan sangat panjang dan cukup melelahkan, kata Pastor Fenat. “Tapi, dengan keyakinan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, kita terus maju. Kita sudah matang, dan terus berbenah diri. Satu hal penting, jangan pernah melecehkan organisasi lain, karena kekuatan THS-THM tidak terletak pada fisik, melainkan pada Sabda Allah, pondasi hidup iman kristiani. Kekuatan THS-THM ada pada batin, dan bukan pada kekuatan fisik,” tegas imam itu.

Lince Fahik, seorang panitia dari Sub Ranting Lebur, Halilulik, mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa karena cintanya pada organisasi THS-THM itu, “saya dapat menikmati berbagai berkat dan kemudahan selama menjalani pergumulan hidup. Saya banyak terbantu berkat doa-doa sesama anggota THS-THM. Iman saya semakin bertumbuh subur, dan terlebih lagi saya makin rendah hati, dan aktif di Gereja dan lingkungan lewat berbagai kegiatan.”(Felixianus Ali)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here