Seratus tahun kelahiran Romero “saksi Injil kaum miskin dan tertindas” dirayakan di London

0
1696
Orang-orang Salvador ikut dalam prosesi 24 Maret 2017 untuk memperingati ulang tahun pembunuhan Uskup Agung Oscar Romero – EPA
Orang-orang Salvador ikut dalam prosesi 24 Maret 2017 untuk memperingati ulang tahun pembunuhan Uskup Agung Oscar Romero – EPA

Tanggal 15 Agustus 2017 adalah ulang tahun Beato Oscar Romero, Uskup Agung San Salvador, yang dibunuh karena berbicara atas nama orang miskin dan orang tertindas di saat kediktatoran militer menguasai negaranya. Banyak acara direncanakan untuk merayakan ulang tahun ke-100 itu, baik di negara asalnya El Salvador, juga di negara-negara di seluruh dunia, di mana kehidupan dan warisannya terus memotivasi para pekerja keadilan dan perdamaian saat ini.

Di Keuskupan Southwark, di London, Misa dirayakan di Katedral Santo George tanggal 12 Agustus 2017, sementara kebaktian malam ekumenis akan diadakan di Westminster Abbey, 23 September 2017.

Uskup Agung Southwark Mgr Peter Smith memimpin Misa 12 Agustus itu, sementara Uskup Agung Vincenzo Paglia asal Italia datang dari Roma untuk memberitakan homili. Saat ini Uskup Agung Paglia menjabat sebagai kepala Akademi Kepausan untuk Kehidupan dan Institut Santo Yohanes Paulus II untuk Studi tentang Perkawinan dan Keluarga. Dia juga postulator penggelaran kudus Uskup Agung Romero.

Philippa Hitchen dari Radio Vatikan mewawancarai Uskup Agung Paglia tentang mengapa pemimpin Gereja Salvador yang terbunuh itu terus menginspirasi begitu banyak orang dari semua agama.

Uskup Agung Paglia mengatakan, teladan Romero adalah “teladan universal” dan “saksi injili yang jelas tentang cinta” di dunia penuh kesulitan, ketidakadilan, perang dan serangan teror. Suaranya dan kesaksiannya, kata uskup itu, jelas dan mudah dipahami semua orang, terutama orang miskin dan orang yang tidak bersuara.

Menurut Uskup Agung Paglia, ada “kaitan menarik antara paus Amerika Latin yang pertama dan martir pertama Vatikan II.” Dia menggambarkan “hubungan providensial antara kesaksian Romero dan perjuangan Paus Fransiskus” laksana “semacam hubungan baik antara langit dan bumi saat ini.” Dalam arti tertentu, lanjut uskup agung itu, Paus Fransiskus membutuhkan kesaksian Romero untuk terus mewartakan tentang cinta kepada orang miskin sebagai prakarsa pastoral yang strategis.

Setelah menghadiri beatifikasi Romero di San Salvador, Mei 2015, Uskup Agung Paglia berharap agar tahun depan Kongregasi Vatikan untuk Penggelaran Kudus dapat menyetujui sebuah mukjizat dan membuat keputusan akhir untuk kanonasinya.

Setelah kesulitan-kesulitan dari orang-orang yang menentang beatifikasi Romero, Uskup Agung Paglia mengatakan “mereka yang menentangnya pun harus menerima keputusan paus.” Magisterium Paus Fransiskus sekarang terkait dengan kesaksian Romero sebagai “tanda yang jelas inspirasi Roh Kudus dalam Gereja,” kata uskup agung itu.

Uskup Agung Paglia mencatat betapa banyak orang terkesan dengan teladan Romero, tidak hanya dalam Gereja Katolik dan Anglikan, tapi juga pengikut agama lain “dan juga banyak orang yang tidak beragama.

Romero terus “menunjukkan, mendorong kita semua untuk mempercayai Injil, menerima Firman Tuhan dan mempraktekkan firman Injil,” lanjut uskup agung itu. Jika kita mengikuti teladan ini, demikian uskup agung itu mengakhiri pembicaraannya, “kita tidak bisa hanya bersaksi tentang Injil” tetapi kita bisa mengubah dunia dengan ikut “membangun globalisasi solidaritas yang lebih baik.”(paul c pati berdasarkan  Radio Vatikan)

 

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here