Jumat, 14 Oktober 2016

0
1910

waspadalah

PEKAN BIASA XXVIII (H)

Santo Kallistus I; Santo Yohanes Ogilvie;
BEATO Gontalo dari Lagos

Bacaan I: Ef. 1:11-14

Mazmur: 33:1-2.4-5.12-13; R:12b

Bacaan Injil: Luk. 12:1-7

Sekali peristiwa, berkerumunlah beribu-ribu orang, sehingga mereka ber­desak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemuna­fikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang ter­sembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu, apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”

Renungan

Allah menciptakan manusia dan memeteraikannya untuk sebuah tugas mulia, yaitu memuji dan memuliakan Allah (bdk. Ef. 1:14) Itulah yang dikatakan oleh santo Paulus; bahwa sejak awal penciptaan kita ke dunia ini, kita ini milik Allah dan kita mempunyai tugas yang jelas dari Allah. Kita hidup bukan untuk diri kita sendiri. Itulah yang telah dimeteraikan atau ditentukan oleh Allah.

Oleh karena itu, Yesus menegaskan bahwa kita harus takut kepada Dia yang setelah membunuh mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka (bdk. Luk. 12:5). Maksud Yesus, bukanlah supaya kita hidup dalam ketakutan diawasi dan dinilai terus oleh Allah. Kalau demikian, kita melakukan segala hal yang baik karena terpaksa dan karena kita takut dihukum oleh Allah. Bukan itu maksudnya. Takut akan Allah berarti, dalam bersikap dan bertindak kita selalu memperhitungkan dan menghormati keberadaan Allah. Kita tidak seenaknya saja. Kita sadar bahwa hidup kita adalah anugerah Allah, sedangkan cara kita hidup merupakan jalan atau cara kita memuliakan Allah. Orang yang takut akan Allah, dengan demikian, tidak akan takut menghadapi gejolak dunia ini, tidak akan cemas dan khawatir dengan apa yang akan menimpa kita di kemudian hari, karena kita begitu berharga di mata Allah.

Bapa yang maharahim, aku sadar bahwa aku ini berasal dari-Mu dan kelak aku kembali kepada-Mu. Itulah kodrat hidupku. Maka, tuntunlah hidupku agar aku pandai memuliakan Engkau dalam kehidupanku; bukannya menyia-nyiakan berkat yang telah aku terima dari-Mu. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here