Rabu, 28 September 2016

1
1809

jesus-and-disciples

PEKAN BIASA XXVI (H)
Santo Wenseslaus; Santa Eustakia; Santo Laurensius Ruiz, Yakobus
Kyushei Tomonaga, dan Dominikus Ibanez (martir dari Jepang)

Bacaan I: Ayb. 9:1-12.14-16

Mazmur: 88:10b-15; R:3a

Bacaan Injil: Luk. 9:57-62

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melan­jutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ”Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ”Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: ”Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: ”Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Renungan

Bila seseorang ingin bekerja dalam suatu perusahaan, ia harus memenuhi segala persyaratan yang diminta dan harus tunduk pada peraturan yang berlaku di perusahaan itu. Jika orang itu tidak memenuhi syarat maka ia tidak akan diterima, dan bila ia melanggar ketentuan yang berlaku maka ia akan mendapat sanksi atau dikeluarkan.

Tiga orang datang kepada Yesus dan minta untuk mengikuti-Nya. Orang pertama meminta kejelasan tujuan dan tempat ke mana Yesus akan pergi, orang kedua meminta untuk pergi menguburkan ayahnya dahulu dan orang yang ketiga ingin diberi kesempatan untuk berpamitan dulu dengan keluarganya. Kepada ketiga orang itu Yesus memberikan jawaban-jawaban menantang yang membuat mereka berpikir keras dan membuat pilihan tegas. Bagi Yesus, hal mengikuti Dia menuntut kesiapan dan kesediaan diri yang total dan tanpa syarat.

Ayub mengalami pergumulan untuk memahami maksud Allah. Ia tahu bahwa kemalangan itu bukanlah kesalahannya, tetapi juga ia tahu bahwa Allah adalah Yang Mahakuasa. Iman akan kemahakuasaan Allah membuat Ayub yakin bahwa Allah akan dan selalu mendengarkan dia, walaupun terkadang apa yang dimohonkannya belum/tidak terkabul. Itulah iman yang tanpa syarat, iman yang total.

Mampukah kita menerima dan mengimani kekuasaan Tuhan tanpa mengajukan suatu syarat/kondisi tertentu kepada-Nya?

Ya Tuhan, semoga aku semakin mengimani dan mengkuti-Mu sesuai dengan ran­cangan-Mu sendiri dan bukan berdasarkan keinginan dan harapan-harapanku. Amin.

1 komentar

Leave a Reply to Rosenta Saragih Batal

Please enter your comment!
Please enter your name here