32.1 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Jumat, 09 September 2016

BERITA LAIN

More

    maxresdefault

    PEKAN BIASA XXIII (H)
    Santo Petrus Klaver; Beato Frederik Ozanam

    Bacaan I: 1Kor. 9:16-19.22b-27

    Mazmur: 84:3.4.5-6.12; R:2

    Bacaan Injil: Luk. 6:39-42

    Pada suatu ketika Yesus mengatakan suatu per­um­pamaan kepada mereka: ”Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada guru­nya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapa­kah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

    Renungan

    Sering terdengar, ”Kita mengalami krisis kepemimpinan!” Sebenarnya bukan karena tidak ada pemimpin, tetapi karena pemimpin yang ada sekarang ini tidak menampilkan diri dan prestasi seorang pemimpin. Pemimpin manakah yang dibutuhkan zaman ini? Mari kita menimba inspirasi dari Rasul Paulus.

    Paulus memperlihatkan dirinya sebagai seorang yang membaktikan diri sepenuhnya demi Injil. Ia bahkan merasa celaka jika ia tidak mewartakan Injil. Demi pewartaan Injil, ia rela tidak diupah, bahkan menganggap dan memperlakukan dirinya sebagai seorang hamba. Tujuannya hanya satu, yakni memenangkan sebanyak mungkin orang, dalam arti membuat sebanyak mungkin orang percaya dan hidup menurut kebenaran Injil. Inilah ciri seorang pemimpin yang sejati: mengerti, fokus, dan bertanggung jawab pada tugas yang diembannya, rendah hati, memenangkan banyak orang, dan percaya kepada Tuhan.

    Dalam konteks menjadi pemimpin sejati, wejangan Yesus melengkapi gambaran ideal seorang pemimpin. Yesus menghendaki agar kita rendah hati untuk menemukan dan menyadari apa yang kurang dalam diri sendiri sebelum mengoreksi orang lain. Hanya dengan membebaskan diri dari hal-hal yang membutakan diri, seseorang dapat menuntun orang lain ke jalan yang benar. Karena itu, janganlah menjadi orang munafik, yang berlagak tahu menuntun orang lain, tetapi sendiri tidak tahu ke mana arah yang harus dituju.

    Ya Yesus, semoga aku tak sekadar mengakui dan mengagumi jiwa kepemimpinan-Mu, tetapi belajar dan berusaha menyerupai Engkau menjadi seorang gembala yang baik bagi sesama. Amin.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI