Senin, 25 Juli 2016

0
2153

sons of zebedee request

PEKAN BIASA XVII
Pesta Santo Yakobus, Rasul (M)

Bacaan I: 2Kor. 4:7-15

Mazmur: 126:1-2ab.2c-3.4-5.6; R: 5

Bacaan Injil: Mat. 20:20-28

Sekali peristiwa, menjelang kepergian Yesus ke Yerusalem, datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: ”Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: ”Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: ”Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ”Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan

Kita kenal adanya praktik kekerabatan, surat sakti, minta jatah, dsb. Praktik ini sudah ada sejak dulu. Ibu Yakobus minta kedua anaknya (Yakobus dan Yohanes) bisa duduk dalam pemerintahan Yesus kelak. Ibu ini membayangkan Yesus akan menjadi raja. Jika anaknya duduk di kiri dan kanan Yesus, maka jabatan mereka pasti tinggi. Bisa jadi, yang satu menjadi perdana menteri, yang satunya lagi menjadi menteri dalam negri. Permintaan ibu ini bisa dikatakan brilian.

Yesus tidak mengabulkan permintaannya. Penentuan tempat duduk itu bukanlah kuasa Yesus. Tentu ibu itu kecewa. Lebih lagi, yang Yesus tekankan malah sebaliknya: pelayanan. Pengikut Yesus harus melayani. Yesus sendiri melayani dan memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (bdk. Mat. 20:28). Dia sendiri juga melayani meja dan mencuci kaki murid-Nya.

Sikap melayani inilah yang menjadi ciri khas murid Yesus, bukan kuasa (bdk. Mat. 20:25-26). Jati diri murid Yesus tidak terletak pada jabatan, tapi pelayanan. Bahkan pada akhir zaman, para murid dihakimi menurut pelayanan yang telah diberikan (bdk. Mat. 25:31-46). Sikap melayani ini kini sudah jauh kendor dan ditinggalkan. Ini tampak tidak hanya di pemerintahan, tetapi juga di dalam Gereja, biara, tempat kerja, dan keluarga. Marilah kita kembali kepada apa yang dikatakan Yesus hari ini. Spiritualitas pelayanan adalah jati diri murid Yesus.

 

Ya Yesus, semoga aku mampu menjadi murid-Mu yang sejati, yang makin serupa dengan-Mu dan menjadi cerminan kasih-Mu. Amin.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here