Kerahiman adalah jantung Allah, mencintai manusia pendosa tanpa syarat

1
3958

Mgr-Hilarius-Moa-Nurak-SVD_01

“Kerahiman adalah Jantung Allah. Sebagaimana jantung adalah organ penting dari tubuh manusia yang tanpanya manusia tidak bisa hidup, demikian halnya dengan Tuhan Allah yang tidak dapat hidup tanpa kerahiman-Nya. Dengan mengatakan bahwa Allah adalah Kerahiman, mau diungkapkan kepada kita bahwa Allah mencintai kita manusia pendosa tanpa syarat. Bagaimanapun jeleknya kita manusia, Allah tetap merahimi kita manusia.”

Uskup Pangkalpinang Mgr Hilarius Moa Nurak SVD menulis hal itu dalam Surat Gembala Prapaskah 2016 yang berjudul “Kerahiman adalah Jantung Allah.”

Dikatakan bahwa Allah selalu terlibat dalam keseluruhan suka duka manusia. “Allah bukan saja aktif memperhatikan dan membantu kita manusia tetapi malah proaktif, lebih dahulu memikirkan kita manusia. Tuhan mencintai kita lebih dahulu. Santo Yohanes dalam suratnya mengatakan “Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.“ (1 Yoh. 4:10).”

Setelah memperlihatkan kisah-kisah Injil yang jadi contoh bahwa Allah mencintai manusia lebih dahulu, Mgr Moa Nurak menegaskan, “Allah itu proaktif, Allah itu aktif dan selalu peduli terhadap manusia, Allah selalu memperhatikan manusia. Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah tidak pernah tidak peduli.”

Sebaliknya, manusia selalu tidak peduli. “Kerahiman dan belas kasih sepertinya mulai menghilang dari dunia. Cinta manusia selalu diikuti berbagai persyaratan. Cinta tanpa syarat seperti yang dihayati oleh Tuhan Allah sudah mulai menghilang dari kehidupan manusia. Paus Fransiskus mengatakan bahwa tidak peduli bukan suatu sikap yang baru. Setiap zaman selalu saja ada orang yang menutup hatinya terhadap kebutuhan sesamanya. Tetapi yang baru dalam zaman sekarang ini adalah bahwa ketidakpedulian itu bukan lagi suatu sikap pribadi tetapi menjadi sikap mendunia,” tulis uskup.

Dalam Pesan Hari Perdamaian se-Dunia 1 Januari 2016, Paus Fransiskus  membedakan tiga macam ketidakpedulian manusia. Pertama, ketidakpedulian terhadap Tuhan Allah. “Ketidakpedulian ini adalah pokok dari ketidakpedulian manusia terhadap sesamanya dan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan hidupnya. Dengan sikap ketidakpedulian terhadap Tuhan Allah, yang seharusnya menjadi sumber segala nilai dan norma kehidupan manusia, menjadikan manusia itu sumber satu-satunya dari nilai dan norma kehidupan manusia. Dengan ini manusia menempatkan nafsu keduniawiannya sebagai norma dan nilai yang tertinggi. Apa yang ditetapkan manusia harus terbuka kepada Yang Ilahi yang bisa mengontrol manusia dari segala nafsu keduniawiannya. Tanpa Yang Ilahi, manusia lepas kontrol dan dalam keadaan kosong, setan masuk dan menguasai hati manusia.”

Kedua, akibat ketidakpedulian manusia terhadap Tuhan adalah ketidakpedulian manusia terhadap sesama. “Karena tidak peduli terhadap Tuhan Allah, manusia tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar dirinya dan terhadap sesamanya. Paus Fransiskus mengatakan bahwa benar sekali manusia dewasa ini sangat tertarik dengan berbagai berita dalam dunia. Tetapi manusia hanya mendengar tanpa rasa belas kasih atau terlibat terhadap apa yang dialami sesamanya. Kalau bercerita tentang tragedi kemanusiaan di sini atau di sana, mereka mendengar tetapi tanpa keterlibatan apa-apa. Rasa kerahiman atau belas kasih manusia dewasa ini terhadap penderitaan sesama dan perusakan lingkungan sudah sangat  tumpul.”

Menurut Paus, ketidakpedulian terhadap Tuhan menyebabkan manusia tak segan berbuat berbagai kejahatan terhadap sesamanya, dari yang sederhana sampai yang berat seperti membunuh demi kepentingan diri sendiri. “Tindakan seperti ini pastinya akan merusak kehidupan damai dan harmonis antara manusia,” tulis surat itu.

Ketiga, ketidakpedulian terhadap Tuhan bukan hanya mengakibatkan ketidakpedulian manusia terhadap sesamanya, tetapi mengakibatkan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan hidup. “Demi kerakusan akan harta, manusia tidak segan merusak lingkungan yang merupakan ‘rumah kita bersama’. Dengan merusak lingkungan hidupnya, manusia tidak peduli akan dampak kerusakan lingkungan terhadap sesamanya manusia, khususnya sesamanya yang miskin. Oleh perusakan lingkungan, orang kaya akan semakin kaya, sedangkan orang miskin akan semakin miskin dan sengsara,” tulis uskup.

Melihat kondisi manusia sekarang yang sudah begitu rusak, jelas Mgr Hilarius Moa Nurak SVD,  Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2016 sebagai Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi. “Tujuan utama tahun Yubileum ini adalah untuk menghidupkan dalam diri dan hati kita manusia suatu sikap peduli terhadap Tuhan, bersikap rahim terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan hidup.”(pcp)

 

1 komentar

  1. Sabda sdh menjadi daging dan tinggal diantara kita ( inilaih buah kerajinan dari seorang wanita ) yg bernama Maria,yesus adalah sahabatku,jalan,kebenaran dan hidup.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here