Kamis, 13 Agustus 2015

0
3698

13-Agsts-KWI-R-702x336 (1)

PEKAN BIASA XIX (H)

Santo Hippolitus, Martir; Santo Innosensius XI, Paus;
Santo Pontianus, Paus; Santo Maximus

Bacaan I: Yos. 3:7-10a.11.13-17

Mazmur: 114:1-6

Bacaan Injil: Mat. 18:21–19:1

Sekali peristiwa, datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhi­tungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergerak­lah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab….)

Renungan

Mengampuni itu tidaklah mudah: to forgive is divine. Namun, itulah sikap yang harus ada dari pengikut Yesus. Baru-baru ini kita dikejutkan oleh berita media massa: kematian tragis Ade Sara Angelina Suroto, dan sikap ibunya Elisabeth Diana yang mengampuni pembunuh anak tunggalnya itu. Sara mati dibunuh 5 Maret 2014 oleh mantan pacarnya, Hafiz, bersama kekasih baru mantan pacarnya ini, Syifa.

Di depan jenazah Sara, ibunya berkata, ”Sayang, ampunilah orang-orang yang menyakitimu.” Dan saat bertemu dengan kedua pembunuh anaknya itu, ia berkata sambil tersenyum, ”Ibu tidak dendam pada kalian, kalian masih boleh panggil saya mama, dan saya percaya setelah kalian menjalani hukuman, kalian akan menjadi anak-anak yang baik.” Usai Misa Requiem, saat diwawancarai wartawan tentang sikapnya itu, ia berkata, ”saya tidak punya hak untuk menghakimi, benci, dan dendam pada pembunuh anak saya, karena saya percaya ini jalan terbaik dari Tuhan untuk anak saya.”

Inilah sikap yang ditunjukkan oleh Elisabeth: kedamaian dicapai bukan lewat balas dendam, tetapi pengampunan. Ia telah mengikuti apa yang diajarkan Kristus hari ini: mengampuni. Nilai hidup (value) yang diajarkan Kristus ini telah menjadi habitus Ibu Elisabet, sehingga ketika pembunuhan itu terjadi, pengampunan langsung menjadi kebajikan (virtus) yang tampak dalam sikapnya.

Ya Tuhan, bantulah aku untuk bisa mengampuni orang yang menyakitkan hatiku. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here